BLORA, suarakpk.com – Stunting merupakan permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang yang cukup waktu lama, umumnya hal ini karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Permasalahan stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia dua tahun.
DPR-RI Komisi IX dari Fraksi PDI Perjuangan, Edy Wuryanto, dengan sie Promkesda Dinas Kesehatan Blora Nanik Sri Mulyaningsih, SKM, M.Si., di desa Kutuan, kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora, Kamis (15/11/2022).
Nanik dalam sambutannya mengatakan, ibu hamil juga bisa beresiko menghasilkan anak stunting apabila hamilnya terlalu muda atau terlalu tua dan tidak memeriksakan kehamilannya secara teratur.
“Oleh karena itu calon pengantin, dan ibu hamil wajib konsumsi tablet tambah darah, serta mencukupi asupan gizi sesuai usia kehamilannya, sangat di sayangkan bila mana ibu hamil, atau calon pengantin KEK (kekurangan Energi Kronis) akan melahirkan Bayi BBLR( Berat Bayi Lahir Rendah) dan nantinya akan terjadi stunting. Dengan kondisi fisik calon ibu hamil yang sudah siap, dan pemenuhan asupan gizi sesuai dengan usia kehamilan, dapat membantu mengurangi bayi lahir dengan berat yang rendah,” terangnya.
Stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi badan di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis), hal ini diukur dengan menggunakan standar pertumbuhan anak .
Edi wuryanto juga menambahkan,selain mengalami pertumbuhan terhambat, stunting juga kerap kali dikaitkan dengan penyebab perkembangan otak yang tidak maksimal. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar yang buruk.
Selain itu, efek jangka panjang yang disebabkan oleh stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, acap kali dianggap sebagai salah satu faktor risiko penyakit dan kematian akibat infeksi.
Edi Wuryanto menyebutkan, stunting berkembang dalam jangka panjang karena kombinasi dari beberapa atau semua faktor-faktor seperti kurang gizi kronis dalam waktu lama bisa mengakibatkan :
Retardasi pertumbuhan intrauterine Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori. Perubahan hormon yang dipicu oleh stres, Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak.
Gejala Stunting diantaranya adalah :
- Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya.
- Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak. tampak lebih muda/kecil untuk usianya .
- Berat badan rendah untuk anak seusianya .
- Pertumbuhan tulang tertunda .
Sangat di sayangkan sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah yang disebut stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah yang disebut stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
Pola Makan termasuk dala masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.
Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan( karena terdapat zink yang dapat membantu pertumbuhannya).
Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.
Stunting juga dipengaruhi aspek pola asuh atau perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita.
Dimulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan.
Bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan berupaya agar bayi mendapat colostrum air susu ibu yang keluar pertama kali berwarna kuning (ASI). Berikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan, setelah lebih 6 bulan di lanjutkan pemberian makanan tambahan(PMT) sesuai dengan usianya.
Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya di Posyandu atau Puskesmas.
( Dwi/Red).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar