GROBOGAN,suarakpk- Membangun desa merupakan upaya meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.Gambaran ini sebagaimana dimaksud dalam Ketentuan Umum UU RI Nomor 6 tahun 2014 ini tampak terasa di Desa Suwatu, Kecamatan Gabus.
Geografisnya
desa palung selatan, tepatnya
kearah barat daya dari pusat kecamatan,berjarak 21 km.Kebijakan pemerintah
untuk meningkatkan pembangunan infra struktur terutama jalan dan jembatan
dengan prioritas di wilayah - wilayah perbatasan telah menuai hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari geliat dan
bangkitnya ekonomi masyarakat sesa dari sektor pertanian sangat menonjol.
Pada
Kamis,9/7, Kades Suwatu Riyanto
SH melalui Sekretaris Desa Parmo (61) menceritakan bahwa pada masa lalu desa
Suwatu adalah salah satu desa terisolir di kecamatan Gabus karena akses jalan
yang tidak pernah tersentuh pembangunan juga sarana komunikasi yang masih
terputus, diperparah lagi
listrik belum masuk desa Suwatu. Hal ini berakibat tertinggalnya Suwatu di semua sektor dari desa-desa
yang lain.
Namun dalam
lima tahun ini desa Suwatu menjadi desa yang layak, seluruh pembangunan berjalan lancar,
jumlah kemiskinan tertekan, anak
- anak mulai mau dan mampu belajar dengan baik, masjid, mushola berdiri setiap kampung, jalan , jembatan, dan lorong terbangun, listrik
menyala.
Parmo
menambahkan, "Kepala Desa
dan para Perangkat Desa di sini semua bekerja atas dasar pengabdian kepada
masyarakat. Betapa tidak ,upah
bengkok yang mestinya menjadi hak kami tidak memadai adanya. Sehingga kami tidak bisa mencukupi
kebutuhan hidup kami secara layak. Maka bisa jadi, seorang
kepala desa sampai tiga periode tidak mampu menyekolahkan anaknya sampai SMP. Selain jarak yang jauh dari pusat kota
juga biaya pendidikan yang pada masa itu tidak kami bayar", katanya.
Ungkapan tentang potret minimnya fasilitas yang diterima para perangkat desa itu juga dibenarkan Suwanto, ketua TPKD (Tim Pengelola Kegiatan Desa) dia mengatakan, "Saat ini saja Kepala Desa hanya menerima penghasilan dari upah bengkok yang jika ditanami jagung sebagaimana petani lain, hanya menghabiskan satu pes benih jagung,(1 kg-pen.) sedang siltap (Penghasilan Tetap) dan Tunjangan yang diterima sebesar empat jutaan per bulan dan Perangkat Desa merima hanya dua juta lima ratusan rupiah setiap bulan ", ungkapnya.
Ketika media mendalami tentang pelaksanaan kegiatan PTSL (Pendaftaran Tanah Sistematis Langsung) Parmo mengatakan, "Desa sedang mendaftarkan proses sertifikasi 482 bidang, karena yang lainnya telah tercover pada program Prona beberapa tahun lalu hingga 3 kali, yaitu sejumlah 927 exemplar SHM", katanya.
Ketika menyinggung soal pembangunan bidang Sosial, Kesehatan
dan pernikahan dini sebagai ciri khusus masyarakat desa perbatasan, dia menjelaskan bahwa penyakit menular dan
stunting atau gizi buruk zero, neo natal - maternal ( bayi dan ibu meninggal
dalam persalinan) 2 tahun terakhir zero, sedang pernah terjadi dalam 3 tahun ini
seorang saja yaitu alm.
Sulastri (22) warga Rt4/Rw III dusun Ngencer karena
historynya yang bersangkutan dan keluarga tidak ada kordinasi dan melakukan
pemeriksaan di Bidan Desa Suwatu", katanya.
Mengenai persoalan Penikahan Dini dia mengakui angkanya relatif
tinggi yaitu sejumlah 7 orang yang mengajukan dispensasi di Pengadilan dan
semua perempuan. Dia menambahkan, "Atas nama Pemerintah Desa akan
menekan angka ini agar laju peledakan penduduk terkendali terlebih akan dapat
menekan angka resti bagi bumi l",tambahnya.
Disinggung mengenai ekonomi dan upaya kesejahteraan
masyarakat, dia menuturkan bahwa, penghasilan masyarakat bisa terbantu adanya program LMDH (Lembaga
Masyarakat Desa Hutan) desa Suwatu yang dibina oleh BKPH Dalen.
"Karena geografi desa Suwatu adalah dominan wilayah
bukit dan lahan kering maka, praktus
disini tidak ada sawah atau lahan basah kecuali sedikit saja. Maka sangat membantu BKPH membentuk LMDH
dimana area penanamannya adalah bekas hutan yang telah ditebang, sambil menunggu penanaman kembali yang
membutuhkan waktu untuk tumpangsari berkisar dua tahun.
ketua LMDH Wonosemi, Sadin (57) sekaligus ia menjabat Kepala
Dusun Ngencer. Dia mengakui dan
mengapresiasi BKPH Dalen yang telah membantu masyarakat desa Suwatu dengan
penyediaan lahan seluas 250 ha dari 2353,3 ha. Lahan ini telah menggiatkan sebanyak 600 orang petani yang tersebar
di empat dusun, yaitu Suwatu, Ngencer, Banyutarung, Karangpung.
Lebih rinci Sadin mengatakan, "Rata- rata penghasilan petani setiap panen secara bruto
adalah sebesar Rp 16.000.000,- (enam belas juta rupiah) setiap hektar. "Maka alhamdulillah, rata- rata petani hari ini sudah bisa
membeli sapi, ada yang membeli sepeda
motor secara tunai", rincinya.
Asper ( Asisten
Perhutani) BKPH Dalen di Pandanharum Ir.Bambang
Setiawan, mengatakan
" saudara-saudara di LMDH sering
mengungkapkan kegembiraanya karena hasil panen yang cukup baik, maka saya mengharapkan bersyukurlah kepada
Allah, karena pertolongan dan
anugerahnya, kemudian gunakan hasil
itu sebaik mungkin. Dan satu lagi
saya mengajak untuk bekerja sama yang baik dengan pola simbiosis mutualisme
dengan kami", pungkasnya.
(Nour- gut/red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar