Menepis Mithos NEM, IPK, Rangking, Sekolah Favorit Dalam Meraih Kesuksesan - SUARAKPK

BERITA HARI INI

Home Top Ad


Iklan BUMN



Penghargaan dari Kedubes Maroko


 

10 Maret 2024

Menepis Mithos NEM, IPK, Rangking, Sekolah Favorit Dalam Meraih Kesuksesan

Pengamat Pendidikan : Muhamad Ridwan,S.Pd

Allah SWT selalu mengingatkan kepada kita agar selalu menggunakan akal pikiran dalam memahami hakekat hidup dialam raga ini. Allah memberi akal agar manusia mau berpikir tentang ciptaan-Nya. Namun dengan pemberian akal terkadang manusia malah memuja akal, mengagungkan akal, selalu mengedepankan akal dan tidak tahu bahwa hidup didunia hanyalah sementara, demikian dikatakan Pengamat Pendidikan Muhamad Ridwan,S.Pd.

Menurut, Muhamad Ridwan,S.Pd, mereka tidak menyadari bahwa setelah mati masih ada kehidupan yang sebenarnya yang akan dialami sepanjang masa yang tanpa batas, yaitu kehidupan di akhirat, sehingga kebahagiaan dunia menjadi tujuan hidup.

“Kita berasal dari Allah, dan kita diciptakan hanya untuk (beribadah) mengabdi kepada Allah, dan kita mati akan kembali kepada Allah yang menciptakan,” ucapnya.

Dijelaskan Ridwan, bahwa islam mewajibkan mencari ilmu walaupun sampai di negeri lain.

“Rasulullah saw. pemah bersabda : Uthlubul 'ilma walau bissiin., artinya : Tuntutlah ilmu walau sampai kenegeri china. Thalabul ilmi faridhown `alai muslimiina wal musliminat. Mencari ilmu adalah wajib bagi muslimin dan muslimat. Beribadahlah seakan­-akan kamu akan mati besok dan bekerjalah seakan-akan kamu akan hidup selamanya,” jelasnya.

Dari sabda Rasulullah saw. tersebut lanjut Ridwan, menunjukkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan. Namun sebagian besar masyarakat berpandangan bahwa ilmu yang bisa membawa kepada kesuksesan hidup adalah ilmu yang berasal dari negara-negara sekuler yang bersifat duniawi semata, sehingga yang menjadi ukuran kesuksesan masa depan adalah NEM, IPK, Rangking.

Dengan demikian nilai yang bagus akan mendapatkan sekolah yang menjadi favorit. Namun dengan adanya peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 51 tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPBD) Pada Taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA/SMK dengan sistem Zonasi, maka banyak anak dan orang tua murid yang mengalami kekecewaan karena ada anak yang berprestasi tidak bisa melan­jutkan pendidikannya kesekolah yang menjadi idamannya,” ujarnya.

Ridwan mengungkapkan, bahwa sistem zonasi ini, utamanya untuk menghilangkan sekolah favorit. Namun Sistem penerimaan siswa baru ini, oleh sebagian orang tua murid dirasa sangat tidak adil terutama bagi anak-anak yang berprestasi, karena tidak bisa sekolah di sekolah favorit, karena terhalang sistem zonasi sehingga terjadi kekisruhan.

“Hal ini terjadi, karena masyarakat ber­anggapan bahwa sekolah favorit adalah menjadi dambaan karena ingin anaknya berprestasi dengan harapan kehidupan masa depan bisa lebih mapan,” ungkapnya.

Diterangkan Ridwan, bahwa menurut Prof. Agus Budiyono, Nilai Ebtanas Murni, IPK, Rangking adalah 3 hal yang tidak terlalu berpengaruh terhadap kesuksesan. Menurut pengakuan Prof. Agus Budiono: Saya mengarungi pendidikan selama 22 th (dari TK sampai S3) kemudian mengajar selama 15 tahun diuniversitas di 3 negara (Korea, AS, Australia) dan juga ditanah air. Saya menjadi saksi betapa tidak relevannya ketiga konsep (NEM, IPK dan Rangking) diatas terhadap kesuksesan. Ternyata sinyalemen saya ini didukung oleh riset yang dilakukan oleh Thomas J. Stanley yang memetakan 100 faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kesuksesan seseorang berdasarkan survey terhadap 733 millioner. Hasil penelitiannya ternyata nilai yang baik (NEM, IPK DAN RANGKING) hanyalah faktor sukses urutan ke 30. Sementara factor IQ urutan ke 21, dan bersekolah di universitas/sekolah favorit diurutan ke 23.

“Jadi saya ingin mengatakan secara sederhana, anak anda nilai raportnya rendah tidak masalah. NEM Anak anda tidak begitu besar paling banter tidak bisa masuk kesekolah favorit. Yang menurut hasil riset ke 3 faktor tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap kesuksesan. Banyak orang yang tidak sukses dalam menempuh pendidikan tetapi sukses dalam usaha,” terangnya.

Lebih lajut, Ridwan menjelaskan, Lalu apa faktor yang menentukan kesuksesan seseorang itu? Menurut riset Stanley ada 10 faktor teratas yang akan mempengaruhi kesuksesan seseorang. yaitu : I.Kejujuran, 2. Disiplin keras, 3. Mudah bergaul, 4. Dukungan pendamping (supportive spouse), 5. Kerja keras, 6. Kecintaan kepada yang dikerjakan, 7. Kepemimpinan, 8 . Kepribadian kompetitive (mampu berkompetisi), 9.Hidup teratur . 10 Kemampuan menjual ide kreatif /innovative.

“Dari 10 faktor yang berpengaruh dalam meraih kesuksesan tersebut ternyata ada dalam kehidupan pribadi Rasulullah saw. Beliau sewaktu muda sudah mendapatkan gelar dari penduduk Mekkah yaitu Al-Amin, karena dikenal sebagai seorang laki-laki yang amanah, jujur dan dapat dipercaya. Karena sifat amanah itulah seorang pedagang besar yaitu Khadijah binti Khuwailid tertarik untuk mempekerjakan barang dagangannya yang selanjutnya menjadi suaminya,” jelasnya.

Ø  Kejujuran, sikap jujur menjadi norma yang harus dipegang teguh oleh setiap individu. Kejujuran adalah akar kepercayaan, begitu mahal harga sebuah kejujuran semakin dipercaya akan sebuah tanggung jawab semakin banyak hal yang bisa diperoleh didunia kerja ataupun bisnis semakin dipercaya oleh atasan atau klien maka peluang untuk meniti karier atau mengembangkan bisnis akan terbuka lebar, dan kesuksesan akan menghampirinya.

Ø  Disiplin adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap individu. Bekerja tanpa disiplin akan dihadapkan kepada sebuah kehancuran. Dengan menanamkan sikap disiplin setiap langkah kita akan focus mencapai target perlahan tapi pasti target akan tercapai.

Ø  Mudah bergaul, karena dengan pergaulan akan membuka jalan pikiran untuk berinovasi dan bisa membuka cakrawala dalam berbisnis, namun pergaulan juga bisa membawa kepada keragu-raguan dan bahkan bisa menjadi perintang. Oleh sebab itu harus mampu menyaring informasi dari lingkungan dengan mengambil informasi yang bisa membangun harapan dan cita-cita.

Ø  Dukungan pendamping artinya dalam usahanya mendapat dukungan atau support baik dari keluarga maupun orang tua. Hubungan yang harmonis akan mampu prestasi kerja dan akan membuka lebar jalan menuju kesuksesan.

Ø  Kerja keras, adalah kerja sungguh-sungguh dengan mengerahkan semua tenaga dan pikiran demi majunya usahanya. Memang kerja keras belum tentu bisa menjamin kesuksesan usaha, tetapi apabila dibandingkan dengan yang kerja asal-asalan pasti akan mengahasil yang berbeda pula.

Ø  Kecintaan kepada yang dikerjakan, yaitu meyakini bahwa apa yang sedang diusahakan atau yang sedang dikerjakan akan membawa keberuntungan, men­cintai profesinya akan membantu dalam mencapai kesuksesan.

Ø  Kepemimpinan sangat menjadi penentu dalam sebuah kesuksesan, oleh karena itu kualitas kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap suatu usaha. Baik itu dalam memimpin dirinya sendiri maupun dalam memimpin suatu usaha.

Ø  Kepribadian kompetitive adalah pribadi yang pantang menyerah dan mau berkompetisi, kompetisi mendorong untuk melakukan segala sesuatu yang lebih baik dalam mencapai target. Setiap pencapaian target merupakan langkah menuju kesuksesan.

Ø  Hidup teratur artinya dalam hidup kesehariannya selalu teratur mulai dari bangun tudur sampai mau tidur lagi. Waktu bekerja maupun waktu istirahat dan ibadah harus tertata rapi dan tepat waktu.

Ø  Mampu berinovasi artinya mampu mencari peluang untuk mengembangkan suatu usaha.

Ridwan menandaskan, Hampir semua faktor diatas tidak terjangkau NEM, IPK dan Rangking. Dalam kurikulum semua yang ditulis diatas (10 faktor) sebagai soft skill yang diperoleh dari ekstra kurikuler.

“Mengejar kecerdasan akademik semata hanya akan menjerumuskan diri sendiri secara nyata. Kerja adalah sikap seseorang dalam bekerja dengan memperhatikan 10 faktor tersebut yaitu: Kejujuran, Disiplin Keras, Mudah Bergaul, Ada Dukungan, Kerja keras, Kecintaan kepada yang dikerjakan, Kepemimpinan, mampu berkompetisi/bersaing, Hidup teratur, dan kreatif/ banyak berinovasi dan pandai dalam pemperhitungkan resiko maupun peluang dan dapat mencari solusi sehingga dapat mencapai keuntungan yang diharapkan,” tandasnya.

Menurut Ridwan, bahwa Kerja cerdas pasti kerja keras, tapi kerja keras belum tentu kerja cerdas. Kerja keras banyak menggunakan waktu dan tenaga dan hasilnya tidak bisa maksimal. Sedang kerja cerdas sangat menghemat waktu dan memperoleh hasil yang maksimal.

“Kerja cerdas sebagai sikap kita dalam melaksanakan pekerjaan, namun ada sisi lain yang perlu dimiliki yaitu kerja ikhlas, dan tawakkal. Kerja cerdas, ikhlas dan tawakal merupakan ethos kerja bagi setiap Muslimin yang ingin usahanya sukses. Karena bimbingan Allah sangat kita butuhkan maka untuk memperoleh kesuksesan dalam usahanya kita dalam bekerja harus selalu diiringi doa, kejarlah kecerdasan spiritual (agama), maka kecerdasan yang lain akan mengiku­tinya dan kesuksesan ada didepan mata, semoga sukses untuk anak-anak kita,” terangnya.

Ridwan menambahkan, Masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim masih mengandalkan ilmu kedunia­an dan mengabaikan ilmu keagamaan. Sehingga apabila anaknya kurang berprestasi dalam belajar orang tua akan menempuh jalan meningkatkan belajar anak dengan cara menambah jam belajar diluar sekolah.

“Sedangkan apabila nilai pelaja­ran agama kurang berprestasi mereka dengan tenangnya tidak masalah. Pandangan seperti ini sudah mengakar di hati sebagian besar masyarakat Indonesia yang sebagian besar adalah Muslim. Banyak kaum intektual Muslim yang berpandangan sekuler sehingga berpengaruh terhadap pola pikir generasi muda Muslim yang mementingkan kehidupan duniawi dan memandang bahwa pendidikan agama adalah kolot,” imbuhnya.

Hal ini sangat disayangkan, menurut Ridwan, karna ilmu yang bersifat keduniaan, hanya bersifat sementara dan tidak akan bisa menjamin keselamatan dunia dan akhirat.

“Akankah kita membekali diri kita ilmu keduniaan tanpa memikirkan akhirat sedangkan ilmu keduniaan akan akan hilang sedangkan ilmu akhirat bersifat abadi. Mengutamakan kehidupan dunia dengan dengan mengabaikan kehidupan akhirat bagaikan sibuta ditengah belantara tak tahu apa yang akan menimpanya padahal bahaya itu sebuah kepastian yang telah tersedia,” jelasnya.

Ridwan juga mempertanyakan, akankah kita bergelimang dalam kebodohan, tidak­kah kita ingin sukses dan jaya dinegeri akhirat nanti.

Syeh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berpendapat tentang keutamaan ilmu agama yaitu :

1.    Bahwa ilmu agama adalah warisan para nabi, yang lebih mulia dan lebih berharga dari pada yang lainnya. Rasulullah saw telah bersabda:

Artinya : Keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. maka barang siapa yang mengambilnya warisan itu maka ia telah mengambil keuntungan yang banyak. (HR. At Tirmidzi).

2.        Ilmu akan tetap kekal walaupun pemiliknya sudah mati, seperti seorang perawi Hadits yang bernama Abu Hurairah ra. Dia adalah gudangnya ilmu tetapi miskin dalam keduniaan. Jika manusia mati maka terputuslah amalnya kecuali tiga yaitu : sedekah jariyah, ilmu yang diaamalkan, dan anak sholeh yang selalu mendoakannya (HR. Muslim).

3.        Ilmu sebanyak apapun tidak menyusahkan pemiliknya, bahkan sebaliknya akan membawa kepada ketenteraman dan kebahagiaan.

4.        Ilmu bisa menghantarkan pemiliknya menjadi saksi atas kebenaran dan ke-Esaan Allah. Sebagaimana Allah telah menerangkan dalam Surat Al Ihlas.

5.        Para ahli agama bagaikan suatu lembah yang bisa menampung air yang her­manfaat bagi alam sekitar sehingga perlu ditaati selama masih dalam kebaikan.

6.        Ilmu agama adalah jalan menuju surge karena ilmu merupakan cahaya yang menerangi kehidupan. (Tim/red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT SUARAKPK Ke 9 (2018)