Suatu sore di teras rumah ditemani dengan secangkir kopi hangat dan makanan ringan yang terpajang di meja, kami berempat mendengar langsung tentang pemikiran Gus Rozin tentang Pemimpin Muda_
Menurut KH. Abdul Gaffar Rozin atau biasa disapa Gus Rozin menyampaikan jika membicarakan tentang pemimpin dan kepemimpinan maka sama halnya membicarakan tentang eksistensi manusia itu sendiri. Sebab pemimpin dan kepemimpinan tidak akan pernah basi untuk terus dibicarakan dalam setiap diskursus maupun studi formal yang diajarkan.
Menilik fatsun kepemimpinan nasional dalam sejarahnya telah mencatatkan keberadaan tokoh tokoh muda yang kemudian bermetamorfosis menjadi pemimpin besar di masa perjuangan dimasanya diantaranya Soekarno, Hatta, Syahrir, Natsir dan sebagainya. Sementara kepemimpinan di Jamiyah Nahdlatul Ulama dalam pendiriannya juga memunculkan pemimpin muda seperti KH. Abdul Wahab Chasbullah, KH. As'ad Samsul Arifin dan lain sebagainya.
Dalam banyak diskursus tentang konsep pemimpin atau kepemimpinan, senantiasa tidak lepas dari pembahasan menyoal tentang karakter pemimpin atau syarat yang harus dimiliki oleh setiap orang yang akan menjadi pemimpin.
Bagi Gus Rozin berpendapat kepemimpinan merupakan sikap atau proses seseorang dalam memengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk mewujudkan tujuan bersama.
Sosok pemimpin muda lebih fres dalam mengaktualisasikan ide dan gagasan yang dapat dilesakan menjadi sebuah program. Pada satu sisi pemimpin muda lebih memiliki energi positif yang dapat dipergunakan bukan hanya untuk memengaruhi, namun juga ditopang dengan sikap untuk menghargai pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang, tanpa mengabaikan alasannya. Dalam pengertian ini pemimpin muda haruslah bisa memimpin dan tentunya mau dipimpin.
Terkait dengan legitimasi pemimpin muda Gus Rozin berpendapat jika menyoal kepemimpinan muda di Indonesia maka dapat terbaca pada UU No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan yang secara jelas telah meletakkan fungsi dan peran strategis dari pemuda dalam hal pemimpin dan kepemimpinan. Dalam konteks itu, pemuda perlu dikembangkan potensi dan perannya melalui penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan untuk mewujudkan pembangunan nasional di mana diperlukan pemuda yang berakhlak mulia, sehat, tangguh, cerdas, mandiri dan profesional.
Lebih lanjut Gus Rozin menjelaskan untuk membangun pemuda diperlukan pelayanan kepemudaan dalam dimensi pembangunan di segala kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Repulik Indonesia Tahun 1945.
Pelayanan kepemudaan dilaksanakan sesuai dengan karakteristik pemuda, yaitu memiliki semangat kejuangan, kesukarelaan, tanggung jawab dan kesatria, serta memiliki sifat kritis, idealis, inovatif, progresif, dinamis, reformis dan futuristik.
Pada hakikatnya pemerintah melalui UU Kepemudaan ini berkeinginan untuk melahirkan sosok pemimpin muda sebagai calon pemimpin masa depan yang diharapkan dapat menjawab segala tantangan dan masalah secara cepat dan tuntas.
Untuk dapat membina jiwa dan karakter kepemimpinan bagi para generasi muda tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan karena memerlukan usaha yang nyata dan pendekatan yang terus-menerus sejak dini. Untuk membentuk pemimpin muda mumpuni yang berkualitas, generasi muda hari ini perlu memiliki jiwa kompetisi dengan bangsa lain. Sosok calon pemimpin muda masa depan, bukan hanya pandai dalam hal intelektualitas tetapi juga dalam hal spiritual.
Generasi muda harus mampu mempersiapkan diri menjadi calon pemimpin yang menumbuhkan patriotisme, menciptakan perubahan yang dinamis, berbudaya prestasi, dan semangat profesionalisme, serta mampu meningkatkan partisipasi dan peran aktif pemuda sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan –serta mampu membangun dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Terkait dengan kepemimpinan muda bagi kalangan santri maka Gus Rozin menyampaikan gagasan yaitu para santri harus membekali diri dengan berbagai ilmu dan skill (keterampilan) yang dibutuhkan karena menghadapi situasi zaman yang berbeda dan terus berubah. Jadi, selain ilmu agama yang menjadi 'jangkar' dari pesantren, mereka juga harus intens mengkaji dan menguasai ilmu pengetahuan umum.
Gus Rozin melanjutkan para santri harus inklusif, santri harus responsif terhadap isu kontemporer, terutama isu sosial dan politik. Santri harus open minded (pola pikir yang terbuka) dengan demikian diharapkan para santri dapat mengambil pelajaran ('ibrah), sehingga mereka memahami di mana akan memerankan diri pada saatnya harus terjun di dunia nyata.
Malam semakin larut, nikmat kopi yang kami sruput larut bersama dengan kesan mendalam dan motivasi dari Gus Rozin tentang Kepemimpinan Muda.
Asap rokok membumbung bersama harapan kami pada Gus Rozin yang telah mencerminkan kepribadian paripurna sebagai seorang pemimpin muda yang telah teruji.
Matur suwun segala pencerahanya Gus..?
Oleh : Sofyan Mohammad
____________________________________
Penulis adalah anggota NU sehari hari tinggal di Desa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar