BOYOLALI, suarakpk.com – Ritual Buka Luwur atau mengganti kain lurup di Makam Syech Maulana lbrahim Maghribi, Pantaran, Kabupaten Boyolali, kemarin Juma'at (26/8/22), digelar oleh Pemerintah Desa Candisari, Kecamatan Gladagsari.
Dituturkan, Kepala Desa Candisari, Joko Sriono, bahwa di desanya, setiap Bulan Muharram atau suro (tahun jawa) telah melewati hari ke duapuluh, Makam Syech Maulana lbrahim Maghribi, di Desa Candisari Kecamatan Gladagsari, memiliki tradisi tahunan yang disebut warga sebagai sadranan setiap jum'at terahir di bulan suro.
“Salah satu prosesinya, yakni, penggantian kain lurup di beberapa makam yang ada di komlek tersebut, sedangkan Buka Luwur maksudnya untuk sadranan atau pergantian mori (kain kafan) di makam Syceh Maulana lbrahim Maghribi,” tuturnya.
Dikatakan Joko Sriono, terdapat empat makam lain yang diganti kainya, yakni milik Dewi Nawangwulan, Ki Ageng Pantaran, Ki Ageng Mataram dan Ki Ageng Kebo Kanigoro.
“Kami atasnama Pemerintah Desa Candisari, mohon maaf, khususnya keluarga besar warga masyarakat Candisari, dan peziarah ritual, Buka Luwur atau ganti lurub tahun ini, diadakan dengan sederhana, karena Negara kita Indonesia baru kena musibah covid-19, sehingga sampai saat ini, sesuai prokes,” katanya.
Ritual Buka Luwur atau mengganti kain lurup di Makam Syech Maulana lbrahim Maghribi selain Kepala Desa Candisari dan warga masyarakat, namun juga ikuti oleh Sekdes Candisari, Triningsih,SH., bersama perangkat lainya dan dihadiri Kepala Desa Ngagrong, Juminten, Kepala Desa Ngargoloko, Jarwanto,SH., Forkompinca Gladagsari, Tokoh masyarakat dan para pezyarah.
Joko Sriono berharap, tahun yang akan datang dan seterusnya Desa Candisari dan warga masyarakat dapat melaksanakan dengan baik lancar serta meriah.
“Semua ini mengalap berkah, khususnya yang sudah dimakamkan di makam pantaran ini,” harapnya.
Diungkapkan Joko Sriono, bahwa Tradisi Buka Luwur sendiri, diawali dengan kirab kain luwur dan kelengkapan lain, diserahkan kepada juru kunci Makam, dilanjutkan dengan prosesi penggantian kain, dilanjutkan dengan pembacaan dzikir dan tahlil yang diikuti para peziarah yang memadati komplek makam.
“Sebagai akhir prosesi, digelar tradisi kenduri, membagikan makanannya yang bisa dialap berkahnya,” pungkasnya. (Mujib/Wawan/red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar