Jakarta, suarakpk.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani secara resmi
menyampaikan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal dalam
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2018 ke
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
Dalam
pemaparannya, Sri Mulyani mengatakan secara umum kondisi perekonomian Indonesia
pada tahun depan diprediksi akan lebih baik. Namun, berbagai ketidakpastian
pemulihan di Eropa, China, dan kenaikan suku bunga Amerika Serikat dinilai bisa
mempengaruhi instrumen keuangan pasar domestik.
Meskipun
demikian, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia, tersebut optimistis pertumbuhan
ekonomi 2018 ditargetkan pada kisaran 5,4-6,1 persen. Pertumbuhan yang lebih
tinggi tersebut diarahkan untuk mendorong pemerataan di kawasan timur
Indonesia, kawasan perbatasan, dan daerah tertinggal.
Sementara
itu, laju inflasi berada pada rentang 3,5 plus minus 1 persen. Hal ini untuk
mendorong perekonomian domestik untuk menjadi lebih efisien dan memiliki daya
saing tinggi.
"Pemerintah
berupaya menjaga keseimbangan antara sisi penawaran dan sisi permintaan. Untuk
menjaga ketersediaan pasokan barang khususnya pangan, kapasitas produksi
nasional harus terus ditingkatkan," kata Sri Mulyani di Ruang Rapat
Paripurna Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta.
Asumsi makro
ekonomi lainnya yakni rata-rata nilai tukar rupiah selama tahun depan diperkirakan
Rp 13.500 - Rp 13.800 per dolar AS. "Dalam kesempatan ini perlu saya
sampaikan sekali lagi bahwa depresiasi rupiah tidak selalu berarti negatif
terhadap perekonomian domestik," jelasnya.
Sementara
itu, rata-rata suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan pada tahun
depan diperkirakan sebesar 4,8-,6 persen. Adapun harga minyak mentah Indoensia
(Indonesia Crude Price/ICP) diperkirakan berada di kisaran 4-60 dolar AS per
barel.
Asumsi
lifting minyak dan gas bumi (migas) pada tahun depan diperkirakan mencapai
1.965 hingga 2.050 ribu barel per hari, yang terdiri dari lifting minyak bumi
sekitar 771 hingga 815 ribu bph. Sedangkan lifting gas bumi sekitar 1.194
hingga 1.235 ribu barel setara minyak per hari.
"Perkiraan tingkat lifting tersebut berdasarkan
pertimbangan kapasitas produksi dan tingkat penurunan alamiah lapangan migas
yang ada, penambahan proyek yang akan mulai beroperasi, serta rencana kegiatan
produksi yang dilaksanakan oleh Kontraktror Kontrak Kerja Sama (KKKS) pada
tahun 2018," pungkasnya. (Red)