"Gatot Koco Suci Membangun Pilar" Dimainkan Di Karanganyar Kebumen - SUARAKPK

BERITA HARI INI

Home Top Ad


Iklan BUMN



Penghargaan dari Kedubes Maroko


 

30 September 2019

"Gatot Koco Suci Membangun Pilar" Dimainkan Di Karanganyar Kebumen


KEBUMEN, suarakpk.com – Malam tasyakuran 1 suro di desa Karanganyar dalam kalender masyarakat Jawa atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tahun Baru Islam 1441 Hijriah atau 1 Muharam, digelar di Kelurahan Karanganyar beberapa waktu lalu, Sabtu (28/9).
Dalam malam tasyakuran 1 suro 1953 dan 1 Muharram 1441  H tersebut, warga desa mengadakan wayang kulit dengan dalang Ki Sunarpo Dudukulon Grabag cabang Purworejo dengan judul Gatot Koco Suci Membangun Pilar.
Dikatakan salah satu petugas Kelurahan Karanganyar, Purwidodo, bahwa sebelum acara inti ada juga Campur Sari Duyo Laras.
“Kegiatan tersebut rutin setiap tahunnya agar tetap terjaga tradisi dan budaya nya dan juga ajang silaturahmi antar warga dan juga perangkat desa agar makin dekat,” tuturnya.
Menurutnya, Suro dimaknai sebagai bulan pertama dalam sistem kalender Jawa-Islam. Penyebutan kata 'suro' bagi orang Jawa ialah bulan Muharam dalam kalender Hijriah.
“Kata tersebut berasal dari kata 'Asyura' dalam bahasa Arab dan dicetuskan oleh pemimpin Kerajaan Mataram Islam, Sultan Agung,” ujar Purwidodo.
Diceritakannya, bahwa Sultan Agung masih memadupadankan penanggalan Hijriah dengan tarikh Saka, tujuannya dapat merayakan keagamaan diadakan bersamaan dengan seluruh umat Islam dan menyatukan masyarakat Jawa yang terpecah saat itu antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam).
“Di Indonesia, malam 1 suro budaya Jawa identik dengan suasana sakral dan mistisnya, makna malam 1 suro bagi orang Jawa di beberapa daerah mengenai bulan Suro diartikan sebagai bulan yang menyeramkan,” katanya.
Dari berbagai hal yang telah disebutkan di atas, lanjutnya, banyak juga perayaan tradisi Jawa serta amalan yang dilakukan pada malam 1 Suro untuk memperingati perayaan malam 1 Suro 1953 atau 1 Muharam 1441.
“Perayaan-perayaan tersebut, seperti tapa bisu, tirakatan, kungkum, kirab budaya, dan pencucian pusaka. Sedangkan amalan yang biasa dilakukan oleh umat Islam, contohnya seperti melakukan puasa sunah (Asyura dan Tasua) dan menyantuni anak yatim,” terang Purwidodo.
Ditambahkannya, bahwa makna malam 1 Suro memang banyak diisi dengan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan tradisi budaya Jawa, pada dasarnya hal tersebut dilakukan sebagai bukti kekayaan Indonesia yang beraneka ragam dan perlu untuk dilestarikan nya
“Sebab dari itu khusus nya di daerah Kebumen kelurahan Karanganyar mengadakan malam tasyakuran 1 suro 1953 dan  1 Muharram 1441 H atau bisa dibilang sedekah bumi agar masyarakat Makmur dan sentosa, dengan mengadakan wayang kulit tersebut juga untuk menghibur masyarakat sekitarnya khususnya warga Karanganyar agar tetap terjaga budayanya dan silahatuhrahmi,” pungkasnya. (riyanto /red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT SUARAKPK Ke 9 (2018)