BOYOLALI, suarakpk.com -Ribuan warga Desa Jatisari, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, beramai ramai menggeruduk lokasi penambangan galian C ilegal tanah uruk di desa setempat, Senin kemaren Hingga saat ini Selasa 11 Juli 2023 Ratusan warga Desa Jatisari, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.
Warga masih berjaga jaga dilokasi penambangan galian C yang ilegal itu karena telah merusak semua akses jalan desa, saluran irigasi, dan dampak debu. Apalagi sekarang ini musim kemarau. Warga desa Jatisari hingga pagi ini masih berada di lokasi penambangan galian C tanah uruk di desa setempat.
Warga desa menuntut galian C yang sudah berjalan sekitar satu tahun itu harus segera ditutup. "Warga menuntut (galian C) harus dihentikan," ujar salah seorang warga, Jais Puji, diantara sela-sela aksi unjuk rasa di lokasi penambangan.
Para warga sebelumnya telah berkumpul di Balai Desa Jatisari. Sekitar pukul 08.30 WIB, Senin kemaren hingga pagi ini Selasa 11 Juli 2023. Warga masih menuju ke lokasi tambang untuk berjaga jaga. Ratusan warga Desa Jatisari, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.
Warga beramai ramai menggeruduk lokasi penambangan galian C tanah uruk di desa setempat, telah memprotes Setelah sampai di lokasi tambang, warga desa Jatisari minta diberhentikan aktivitas pengerukan tanah. Beberapa alat berat yang berada dilokasi areal pengerukan, telah diam membisu tak tampak aktifitas seperti biasanya lagi.
Warga kemudian terus berjaga jaga dipintu masuk lokasi tambang. Warga menutup jalan masuk tersebut. Selain itu, warga mencabut dan menggulingkan papan besi yang berada di atas gorong-gorong sungai di jalan masuk itu. Aksi warga telah mendapat pengamanan dari kepolisian dan TNI setempat. Puluhan warga Desa Jatisari, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, hingga kini masih berada dilokasi penambangan galian C tanah uruk di desa setempat..
Dampak aktivitas penambangan ini, menurut warga, lahan pertanian menjadi rusak. Dan sejumlah fasilitas umum rusak. "Beberapa akses jalan usaha tani dan saluran irigasi juga hilang," jelasnya.
Lokasi tanah yang sudah dikeruk saat ini luasnya mencapai sekitar 20 hektare. Yang berada di wilayah empat dukuh di Desa Jatisari. Mas Paryanto, mengaku waktu kami tanya tanah milik ayahnya seluas 1.200 meter juga ikut ditambang untuk tanah uruk. Itu bukan atas sukarela tetapi keterpaksaan.
"Sawah ladang milik orang tua saya itu juga sebagian sudah dikeruk. Padahal sebelumnya tidak ada pembicaraan sama sekali. Ada sekitar 7 meteran yang kena kerukan. Beberapa pohon jatin milik ayah saya juga sudah ditebang. Hanya dihargai Rp 15 ribu per meter permukaan," katanya kepada awak media.
Hingga pagi ini Selasa aksi warga masih berlangsung. Warga kembali ke Balai, Desa untuk dialog dengan pemilik pengelola tambang. (Mujib/Wawan/red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar