Ir.KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M.Sc., Lic.Eng., Ph.D : Sayangkan DIY Menjadi Provinsi Miskin - SUARAKPK

BERITA HARI INI

Home Top Ad


Penghargaan dari Kedubes Maroko


 

26 Juni 2021

Ir.KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M.Sc., Lic.Eng., Ph.D : Sayangkan DIY Menjadi Provinsi Miskin

YOGYAKARTAR, suarakpk.com – Munculnya UU Keistinewaan Jogja diikuti dengan adanya Dana Keistimewaan Jogja (Danais) yang nilai nominalnya sekitar 1% dari APBN. Dinilai oleh Ir.KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M.Sc., Lic.Eng., Ph.D, dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, sebagai wujud penghargaan Negara kepada Jogja atas jasa-jasanya dalam revolusi fisik agresi Belanda I dan II tahun 1947 hingga 1949 dan sekaligus menjadi wilayah NKRI terkecil saat itu dalam posisinya sebagai Ibu Kota Negara.

Dikatakan Ir.KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M.Sc., Lic.Eng., Ph.D kemarin Kamis (24/6/2021), bahwa semua ini berkat jasa besar Ngarso Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

“Bagi saya, HB IX bukan Raja yang hanya duduk manis di dampar kencono menikmati tahtanya, namun seorang Raja yang turun dari singgasananya melayani rakyat banyak. Tahta untuk rakyat. Lebih dari itu, HB IX adalah negarawan sejati yang ikhlas melepaskan kekuasaan politik atas wilayahnya untuk bergabung dengan NKRI. Piagam Juanda, 5 September 1945,” katanya di Jogjakarta.

Dituturkan, Bagas, bahwa pasca Kemerdekaan NKRI, 17 Agustus 1945, Kasultanan Jogja bukan lagi sebagai suatu kerajaan yang berkuasa secara politik atas suatu wilayah, namun telah bertransformasi menjadi pusat kebudayaan adiluhung yang konsisten ngugemi Paugeran Agung. Domainnya bukan lagi wilayah namun kebudayaan. Abdi budaya.

“Saya merasakan spirit HB IX sudah pudar dan sama sekali tidak bisa saya lihat lagi dalam dinamika Keistimewaan Jogja saat ini,” tuturnya.

Diungkapkan Bagas, bahwa tanpa UU Keistimewaan dan Danais, Jogja tetap istimewa. Bekas pusat Kerajaan Mataram Kuno, bumi para wali, alas Mentaok sebagai cikal bakal berdirinya Kerajaan Mataram Islam sekaligus kantong bagi wahyu keprabon Mbang Lampir dan Gagak-Emprit dengan fondasi spiritual Perjanjian Giring-Pemanahan. Luar biasa.

“Bahkan Jogja ikut menebus biaya Kemerdekaan Indonesia sebagai ganti rugi ke Pemerintah Kerajaan Belanda dan menopang keuangan NKRI di tahap awal,” ungkapnya.

Bagas mengaku tidak pernah membayangkan sebelumnya, bahwa akhirnya Jogja menjadi Provinsi miskin, dengan kesenjangan sosial sangat tinggi. Segelintir orang hidup bergelimang harta dan kemewahan dan segelontor orang hidup miskin hinapapa. Tragis!

“Tahta untuk rakyat adalah spirit luar biasa untuk mensejahterakan kehidupan rakyat Jogja. Saya merindukan HB IX dengan segala jasa besarnya bagi NKRI, dan mitos kesaktiannya yang selalu melegenda di hati saya,” ucapnya.

Dijelaskan Bagas, kalau Perancis punya bandara Charles de Gaulle di Paris, mustinya Jogja punya bandara HB IX International Airport bukan YIA.

“Danais sebagai warisan HB IX ke depannya semoga bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat Jogja. Terutama dalam membangun sistem kedaruratan aspek sosial ekonomi dengan memanfaatkan kekuatan budaya. Salah satu keistimewaan Jogja adalah sosok HB IX. Terimakasih,” pungkasnya. (Rio/red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT SUARAKPK Ke 9 (2018)