Seperti Ini, Eks Teroris Bom Bali Ajarkan Bahaya Radikalisme - SUARAKPK

BERITA HARI INI

Home Top Ad


Iklan BUMN



Penghargaan dari Kedubes Maroko


 

12 Februari 2020

Seperti Ini, Eks Teroris Bom Bali Ajarkan Bahaya Radikalisme

Gubernur Ganjar Pranowo berbincang dengan Jack Harun, eks Napiter Bom Bali I di acara dialog/sarasehan penguatan nilai-nilai kebangsaan bagi Kepala Sekolah, Guru Agama, ROHIS, Pelajar SMA, SMK, MA Negeri dan Swasta se Eks Karesidenan Surakarta di SMK Negeri 8 Surakarta, Rabu (12/2).

SURAKARTA, suarakpk.com - Ribuan peserta sarasehan Penguatan Nilai-nilai Kebangsaan di SMKN 8 Surakarta, Rabu (12/2) terbengong ketika salah satu narasumber menyebut dirimya terlibat dalam kasus Bom Bali 1. Diapun membeberkan kisahnya bergabung dengan Noordin M. Top di hadapan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Sarasehan itu diikuti oleh kepala sekolah, guru, siswa dan rohis se-eks Keresidenan Surakarta. Ada beberapa tokoh yang jadi pembicara, dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gus Miftah hingga eks narapidana teroris (eks napiter) Jack Harun.

Mendapat giliran pertama, Ganjar memilih cara dialog interaktif. Berbagai persoalan kebangsaan dia sampaikan kepada hadirin. Sampai akhirnya Ganjar menyinggung soal bahaya radikalisme dan terorisme. Untuk melengkapi materinya, Ganjar mengundang sosok yang terlibat langsung dalam aksi terorisme.
Namanya Joko Triharmanto alias Jack Harun. Selama bergabung dengan jaringan Noordin M. Top dia bertugas merakit bom, salah satunya untuk aksi Bom Bali 1 pada 12 Oktober 2002 silam. Kepada Jack Harun, Ganjar minta dia mengisahkan awal mula terlibat dalam jaringan teroris tersebut.
Baca Juga : KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Baru OTT KPU
"Ketika itu saya hanya melihat berita dan video dari kepingan VCD tentang pembantaian kepada muslim di Ambon dan tempat lain akhirnya saya bertekad untuk membalas dendam dan akhirnya ikut terlibat di pengeboman Bali yang pertama," kata Jack.

Ternyata panasnya jeruji besi secara perlahan melunakkan pemikirannya. Meski sempat menolak ideologi Pancasila, Jack mengatakan setelah menerima wejangan kedua orangtua dan mendengar tangisan istrinya, hatinya benar-benar luluh. Sampai akhirnya dia merasa sangat bersalah kepada para korban, dan berikrar kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

"Untuk generasi muda, kita perlu banyak belajar dan mengambil guru yang tepat. Kepada guru saya pesan, ada beberapa anak muda yang dianggap nakal, jangan dikucilkan dan diasingkan. Pengalaman saya, mereka yang dibully akan menambah mereka jadi nakal. Komunikasi yang utama," katanya.
Baca Juga : Seperti Ini, Kerugian Pensiunan PNS Jika PT Taspen Melebur ke BPJS Ketenagakerjaan
Ganjar pun mengamini perkataan Jack Harun tersebut dan menyebut pentingnya mencari guru yang tepat serta tidak serta merta menelan mentah-mentah informasi yang diterima.

"Teknologi informasi penting dan bagus, tapi harus hati-hati. Mungkin tidak benar, mungkin itu sebuah propaganda. Kalian bisa dipengaruhi oleh siapapun, maka carilah guru yang benar dan baik," katanya.

Republik ini, lanjut Ganjar, lahir tidak begitu saja. Melalui perjuangan dan diskusi panjang yang melibatkan banyak pihak dan berbeda-beda. Menurutnya narasi yang menolak perbedaan mesti dilawan.

"Karena tadi ada contoh, eks napiter bercerita langsung. Dengan menghadirkan pelaku ini semoga memberi pencerahan kepada anak-anak kenapa bisa terjadi seperti itu, dan dari mana pintu masuknya. Serta bagaimana mencegahnya. Yuk kita ciptakan kerukunan. Tantangan kita lebih besar," kata Ganjar. (red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT SUARAKPK Ke 9 (2018)