SALATIGA, suarakpk.com – Terduga
teroris, warga Cirebon WW (41) yang berada di Kota Salatiga, Jawa Tengah, pada Jumat petang (27/9)
digrebek oleh Densus 88 Antiteror sekira pukul 18.00 WIB. Penggerebekan terduga
teroris yang terjadi di salah satu rumah warga RT.4 RW.7 Perum Argo Tunggal, Argomulyo, Salatiga. Karena WW melawan menggunakan parang saat akan ditangkap, Densus 88 Antiteror menembak kakinya.
Saat dikonfirmasi media, Kapolres
Salatiga AKBP Gatot Hendro Hartono membenarkan penindakan yang dilakukan Densus
di wilayah Kota Salatiga.
"Benar ada yang diamankan, namun kami sifatnya hanya membantu pengamanan," tutur Gatot.
Di sisi lain, saat media mengkonfirmasi Ketua RT 04/ RW 07, Argomulyo, Kota Salatiga, Efri Yulistio juga membenarkan penindakan yang dilakukan petugas Densus 88 di salah satu rumah yang ada di lingkungannya.
Efri mengaku mendengar adanya suara tembakan saat penggerebekan itu berlangsung, salah satu terduga terlihat tertembak kakinya.
"Ada yang ditembak kakinya, mungkin dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara di Semarang," ucapnya.
"Benar ada yang diamankan, namun kami sifatnya hanya membantu pengamanan," tutur Gatot.
Di sisi lain, saat media mengkonfirmasi Ketua RT 04/ RW 07, Argomulyo, Kota Salatiga, Efri Yulistio juga membenarkan penindakan yang dilakukan petugas Densus 88 di salah satu rumah yang ada di lingkungannya.
Efri mengaku mendengar adanya suara tembakan saat penggerebekan itu berlangsung, salah satu terduga terlihat tertembak kakinya.
"Ada yang ditembak kakinya, mungkin dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara di Semarang," ucapnya.
Sementara, salah seorang warga
sekitar, yang ikut menyaksikan penggerebekan tersebut menungkapkan, jika sejak
siang sudah ada beberapa orang yang berkeliaran.
“Namun, saya mengira itu adalah debt
collector," ujarnya.
Di sisi lain, saat dikonfirmasi
media, pemilik rumah yang dihuni oleh terduga teroris, Hajid Setyawan, mengaku
bahwa salah satu terduga teroris berinisial WW tinggal di Cirebon. Selain itu,
Hajid Setyawan, WW juga mengaku bahwa WW adalah keponakan dari istrinya.
"Dia dulu juga tinggal di
Salatiga, tapi setelah cerai pergi kerja ke Cirebon dan mendapat istri di
sana," ujar Hajid.
Diungkapkan oleh Hajid, setelah WW pindah ke Cirebon, keluarga mengaku tidak pernah lagi berkomunikasi dengannya. Namun, dua hari lalu WW datang menggunakan sepeda motor, dia pun sebagai saudara yang lama tak bertemu mempersilakan WW untuk menginap.
Diungkapkan oleh Hajid, setelah WW pindah ke Cirebon, keluarga mengaku tidak pernah lagi berkomunikasi dengannya. Namun, dua hari lalu WW datang menggunakan sepeda motor, dia pun sebagai saudara yang lama tak bertemu mempersilakan WW untuk menginap.
Dirinya mengaku menaruh curiga
terhadap WW, pasalnya, perjalan jauh namun nopol kendaraannya ditutup.
"Saya saat itu curiga, karena
perjalanan jauh tapi pelat nomor ditutup. Sampai di rumah juga ditutup pakai
kain pel yang ada di rumah saya," ujar dia.
Namun saat penggerebekan, Hajid
mengaku sedang berada di luar rumah. Dirinya tahu karena dikabari istrinya ada
pengejaran penjahat.
"Saya malah ikut melakukan
pengejaran dan sempat mengepung di belakang rumah. Dia dari kamar atas, dia
lari ke genteng tetangga. Lalu turun melalui tangga yang sudah dipersiapkan
oleh WW sendiri. Karena selama ini di belakang rumah itu kebun dan tidak ada
tangga," katanya.
Saat itu, WW yang sudah dalam keadaan terkepung dan akan ditangkap, mengeluarkan parang untuk melawan petugas. Dia pun langsung ditembak. Dalam keadaan terluka, WW dibawa ke rumah sakit oleh petugas.
"Lalu kamar yang ditempati WW digeledah
petugas. Untuk mencari barang-barang yang dibawanya. Namun dia hanya membawa
tas kecil dan kaos yang dipakai pun punya saya," pungkasnya. (team/red)Saat itu, WW yang sudah dalam keadaan terkepung dan akan ditangkap, mengeluarkan parang untuk melawan petugas. Dia pun langsung ditembak. Dalam keadaan terluka, WW dibawa ke rumah sakit oleh petugas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar