Kendal,
suarakpk.com – Buntut pemberitaan yang tidak enak
tentang Bupati Kendal, dr.Mirna Annisa marahi wartawan di depan umum, Pengamat Nusantara,
Priyono Wisnu Bawono angkat bicara.
Priyo
menilai sikap temperamental dan suka ngamuknya Bupati Kendal, dr.Mirna Annisa,
itu diakibatkan oleh seorang pemimpin yang masih bersifat anak kecil sehingga
sering bertutur kata pada khalayak yang muncul egoistisnya. Karena belum
fahamnya tentang filosofi kearifan budi pekerti luhur dan sifat mulia, maka
perlu sebuah pencerahan dari tokoh kasepuhan untuk digodok dan diwejang menjadi
pemimpin yang bijaksana dan berintegritas tinggi.
Priyono
mengkatakan, “temperamental atau sifat marah yang berlebihan yang ditampilkan
Bupati Mirna menandakan, jenuhnya menghadapi berbagai persoalan di Kabupaten
Kendal. Jadi ini bukti bahwa Kendal dalam kondisi kritis tidak kondusif akibat
dari egoistis prakmatis dan tidak etisnya bupati dalam menanggapi para
kritikus atau para komentator.”
Lebih
lanjut Priyono mengungkapkan, “mungkin akibat
lemahnya kepemimpinan Bupati Mirna dalam sistem mediasi, audiensi,
koordinasi, negosiasi, bargaining, kesepakatan, kesepahaman, dan sistem kerja
yang tidak proporsional, inilah
barangkali yang tidak menjadikan Kabupaten Kendal bisa baldatun toyibatun warabun ghofur. Maka Selamanya Kendal akan rusak
bila Bupatinya memaksakan kehendaknya sendiri tanpa sinergi dengan wakil rakyat
(DPRD), OPD, ORMAS, LSM dan pihak terkait lainnya.”
Priyono
menambahkan, “Perlu dicerna bahwa Bupati itu harus lihat kanan kiri, jangan
seperti mata kuda, kanan kiri tertutup, sebab susahe wong lali bakal keplayu bejane wong kang eling lan waspodo
nemoni bejo berbenah diri ngudi kaweruh semoga Kendal ke depan menjadi
lebih baik.”

Terpisah, berdasarkan pantauan suarakpk di lapangan, beberapa tokoh dan komponen masyarakat yang ditemui menilai, selama ini Bupati Kendal disinyalir berperilaku dan menujukkan sepak terjangnya dalam memimpin masyarakat diduga sering melakukan perbuatan yang kurang baik dan tidak bisa menjaga etika dalam berkomunikasi, karena diduga sering ngambek atau suka marah-marah, dan yang menjadi hal yang kurang etis marahnya tersebut justru sering dipertontonkan di depan umum baik disaat rapat, audiensi dengan masyarakt dan juga saat menerima tamu maupun saat jumpa pers.
Seharusnya
hal tersebut tidak layak dilakukan oleh seorang Bupati sebagai figur pemimpin
yang dihormati, diteladani, dan dicontoh oleh masyarakatnya. Sebab seperti unggah-ungguh, tindak-tanduk, sopan-santun, andap asor, trapsila, saha subosito (tata
krama, mawas diri, budi pekerti, saling hormat menghormati, sayang menyayangi,
belas kasihan dan berbudi luhur) ini merupakan sebuah nilai, norma, moral,
etika, dan akhlaqul karimah yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Kendal
dan termasuk seluruh warga bangsa Indonesia.
Pendapat
Priyono Wisnu Bawono dan beberapa tokoh masyarakat tersebut merupakan bagian
dari ungkapan penilaian atas perilaku Bupati Kendal, dr.Mirna Annisa yang kurang
memahami ilmu komunikasi publik saat acara jumpa pers di Operation Room Setda
Kabupaten Kendal beberapa waktu yang lalu,(24/3).
Dikabarkan
bahwa usai acara jumpa pers, Mirna mendadak menunjukkan sikap marah dan kurang
terpuji di depan para wartawan, Sekda, tamu undangan, dan beberapa Kepala
Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Acara yang dipandu Kepala Dinas Kominfo,
Muryono, yang semula berjalan baik dan aman, tersebut mendadak menjadi agak
gaduh usai acara jumpa pers.
Kegaduhan
muncul, saat Bupati Kendal Mirna Annisa menghampiri, Maksum (Wakil Pimpinan Umum Surat Kabar Investigasi
suarakpk), yang juga ikut hadir meliput acara tersebut dan para tamu
undangan semua masih di ruangan sehingga semua menonton adegan yang kurang etis
tersebut.
Menurut
salah satu tamu undangan menceritakan, Bupati Kendal, dr.Mirna Annisa dengan
wajah temperamen dan nampak emosi, bergegas menghampiri maksum seperti ngajak gelut (berkelahi), saat itu Mirna
dengan naga tinggi dan mata melotot melontarkan kalimat depan maksum yang
disaksikan banyak hadirin waktu itu.
“Ada
apa dengan saya?,
ada masalah apa dengan saya?,
dan kamu akan saya
laporkan. Saya ini bukan Bupati, tapi hanya outsourcing, kontrak lima tahun itu perlu kamu
camkan”. ucapan Mirna yang disaksikan oleh semua hadirin dan banyak tutur kata
lainya yang kurang enak didengar para hadirin saat itu. “Namun maksum cuma
tersenyum kecil saja.” celetuk salah satu peserta yang enggan disebutkan
namanya.
Maksum
saat ditanya wartawan menjelaskan “Kemarahan Mirna tersebut hal yang wajar,
sebab barangkali sikap tersebut adalah akibat pemuatan berita di media saya, Surat
Kabar Investigasi SUARAKPK pada edisi 59, dengan mengangkat judul “Saran
Gubernur Tak Digubris, BUPATI KENDAL HAMBAT PEMBANGUNAN”.
Menurut
Maksum, hal itu bisa dipahami, seperti dalam sambutan Bupati saat jumpa pers kemarin
bahwa Mirna sebagai Bupati Kendal tidak mungkin menghambat pembangunan. “Bupati
Kendal tak pernah hambat pembangunan, justru berhasil naikan PAD capai 103
persen,” ungkap Mirna dalam forum jumpa pers.
Menurut
pantauan suarakpk di lapangan tersebut, marahnya Bupati bisa dimungkinkan akibat
pertanyaan yang dilontarkan maksum pada Bupati saat sesion tanya jawab yang dimoderatori
oleh Muryono Kepala Dinas Kominfo, Muryono.
Waktu sesion tersebut, Maksum bertanya pada Bupati tentang program
Kendal Permata Pantura, dimana program tersebut menurut dirinya adalah program
yang sangat spektakuler oleh Bupati Mirna, dan program tersebut sangat
didambakan oleh seluruh masyarakat Kendal. Maksum berharap program yang
disampaikan Bupati Mirna harus bisa terwujud dan jangan sampai program yang
sangat mulia itu gagal, dan jangan sampai justru menjadi Kendal Airmata
Pantura.
Maksum
juga mempertanyakan tentang ketidakhadiran Bupati pada saat kegiatan penting
terkait Musrenbang Kab Kendal yang tidak hadir itu ada apa? Lalu ditanya juga
soal ketidak harmonisan Bupati dengan Wakil Bupati sejak dilantik hingga
sekarang, sehinga memunculkan isu ditengah kehidupan masyarakat dan pegawai di
Pemkab Kendal, bahwa dua pemimpin Kabupaten Kendal sedang tidak rukun dan itu
sudah menjadi konsumsi publik kenapa? Selain itu, Maksum menanyakan juga,
kenapa Bupati sering tidak hadir dalam kegiatan sidang paripurna DPRD? Dan
mengapa Pemerintah Kabupaten Kendal tidak segera menerbitkan SIUJK, ada apa dengan forjaskon ?.
Maksum
mengungkapkan “Secara teoritis menurut Frens dan Raven (1967) bahwa figur
Kepala Daerah dari kemampuan memimpin muncul karena adanya power yang dimiliki diantaranya Reward Power yaitu kepemimpinan yang kekuasaannya bersumber dari
kebaikan atau ketinggian budi pekertinya.”
Kepala
Daerah juga mempunyai peran yang sangat strategis dalam rangka pengembangan
kehidupan demokrasi, keadilan, pemerataan, kesejahteraan masyarakat, memelihara
hubungan yang serasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta antar Daerah
untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ).
Hal
tersebut menjadi harapan bagi masyarakat Kabupaten Kendal yang mendambakan
figur pemimpin (Bupati/Kepala Daerah) yang matang dalam dunia politik dan
pemerintahan, mampu mengembangkan inovasi, memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang luas, berwawasan ke depan dan siap
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Namun
apa yang terjadi di Kabupaten Kendal sekarang?
Perlu
difahami secara mendalam, sesungguhnya kebesaran suatu bangsa dapat tercapai
atas perjuangan seluruh komponen bangsa itu sendiri. Kerjasama, pengertian, dan
sikap toleransi dalam persatuan dan kesatuan adalah perekat untuk membesarkan
bangsa ini menuju kemajuan yang dicita-citakan sejak founding fathers kita meletakkan dasar negara di bumi pertiwi
Indonesia tercinta. (tim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar