TERNATE, suarakpk.com - Kopra merupakan salah satu komoditi unggulan bagi provinsi Maluku Utara, dan Kopra juga menjadi komoditi terbesar dari jenis komoditi lainnya seperti cengkeh, pala, coklat dan lainnya. Anjloknya harga kopra ini bermula pada akhir tahun 2017 dan terbawa sampai tahun 2018. Penyebab dari turunnya harga kopra ada beberapa hal yang menjadi alasan utama seperti apa yang dijelaskan Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Provinsi Maluku Utara Asrul Gailea kepada suarakpk.com beberapa hari lalu di gedung RRI cabang Ternate.
Asrul memaparkan turunnya harga kopra karena disebabkan adanya produksi minyak goreng yang bahan bakunya bukan hanya berasal dari kelapa buah, akan tetapi sudah banyak komoditi yang bisa menghasilkan minyak goreng.
“Untuk produksi minyak kelapa bukan hanya berasal dari buah kelapa saja, tetapi ada terdiri beberapa macam diantaranya, minyak kelapa sawit, minyak kedelei dan minyak jagung,"jelasnya.
Dia juga menghawatirkan dari dampak persaingan komoditi tersebut korbannya adalah petani kelapa, bukan hanya petani di Maluku Utara melainkan seluruh petani kelapa di Indonesia turut merasakannya.
“Jadi rata-rata diseluruh Indonesia terjadi penurunan harga, jadi bukan hanya petani kelapa di Maluku Utara, tapi juga petani kelapa di Dunia juga merasakannya dan hampir mengalami nasib yang sama,"ungkapnya.
Pihaknya mengakui sampai saat ini pemerintah belum menemukan solusi yang tepat untuk dapat mendongkrak harga kopra, di lihat dari skema perdagangan, bisnis serta di lihat dari sisi industri perdagangan itu, khususnya sekarang konsumsi kelapa masih menjadi komoditi terbesar untuk ekspor ke luar negeri.
“Kalau ekspor tentu tetap berjalan, kan Indonesia ini bagian dari negara pengekspor terbesar di dunia, khususnya Maluku Utara ini penghasil terbesar ke empat di Indonesia."ucapnya.(rd).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar