BANTUL, suarakpk.com -
Dinilai tidak mampu memimpin pedukuhan ratusan warga Pedukuhan Rejosari, Terong
Dlingo, Bantul, kemarin senin (1/10) beramai-ramai mendatangi Kantor Kecamatan
Dlingo, mereka meminta Dukuh Rejosari Kasiyanto mundur, aksi penolakan terhadap
Dukuh Kasiyanto sendiri, sebetulnya bukan yang pertama, sebab pada tanggal 8
Desember 2017, aksi serupa pernah digelar oleh warga Pedukuhan Rejosari yang
dipimpin oleh Nur rohman di kantor Camat Dlingo, mereka pada waktu itu telah
menuntut pelantikan dukuh kasiyanto dibatalkan, aksi kedua dilakukan pada hari
senin tanggal 11 Desember 2017 di kantor Desa Terong Kecamatan Dlingo Kabupaten
Bantul dengan tuntutan yang sama yaitu penolakan terhadap pelantikan dukuh
Kasiyanto, tetapi pada akhirnya pemerintah desa terong tetap melantik dukuh
Kasiyanto pada hari kamis tanggal 14 Desember 2017
Untuk unjuk rasa warga yang ketiga
kalinya ini dilakukan dimana pada saat yang bersamaan di kantor Camat
Dlingo sedang berlangsung rapat mediasi yang difasilitasi oleh
Camat Dlingo dengan melibatkan Dukuh Kasiyanto dan 10 orang perwakilan
masyarakat Rejosari serta disaksikan oleh PLT Lurah Desa Terong, Kapolsek dan
Danramil Dlingo. Rapat mediasi yang difasilitasi dengan baik oleh Camat Dlingo
itu ternyata tidak membuahkan hasil karena perwakilan masyarakat Rejosari
menghendaki Dukuh Kasiyanto untuk legawa mengundurkan diri sementara Dukuh
Kasiyanto bersikeras tidak mau mengundurkan diri.
Mengetahui hasil rapat mediasi
bahwa Dukuh Kasiyanto tidak mau mengundurkan diri, ratusan pengunjuk rasa yang
juga melibatkan ibu ibu itu mulai berteriak teriak agar Kasiyanto mau menemui
pengunjuk rasa. Namun setelah ditunggu beberapa lama Kasiyanto tidak menemui
pengunjuk rasa, mereka kemudian berteriak dan berorasi silih berganti.
Alasan warga menuntut Dukuh
Kasiyanto mundur karena dianggap tidak mampu memimpin pedukuhan Rejosari, sejak
ditetapkannya Kasiyanto sebagai Dukuh Rejosari pada bulan Desember 2017 sampai
sekarang situasi di pedukuhan Rejosari tidak kondusif terjadi konflik tajam
diantara sesama kelompok masyarakat dan Kasiyanto sebagai dukuh rejosari tidak
pernah berusaha untuk memediasi mempertemukan dua kelompok masyarakat yang berbeda
pendapat untuk berdamai.
“bahkan sejak dilantik sebagai Dukuh Rejosari Kasiyanto belum
pernah memperkenalkan diri kepada masyarakat pedukuhan Rejosari maupun
mengundang warga Rejosari untuk bermusyawarah, Kasyanto lebih mementingkan
kelompoknya sendiri.” Jelas coordinator pengunjuk rasa, widadi kepada
suarakpk.com.
Semantara, salah Seorang warga
Rejosari, Muslim Asy'ari yang juga terlibat dialog langsung di kantor kecamatan
Dlingo, mengatakan bahwa sebenarnya kasus yang terjadi di Rejosari seperti ini
tidak lepas dari sikap egois lurah Desa Terong, Welasiman. Menurut Asy'ari,
apabila Lurah Desa Terong melakukan dialog dari awal baik sebelum maupun
setelah pelantikan kasyanto sebagai Dukuh Rejosari diyakini bahwa perpecahan di
Pedukuhan Rejosari tidak akan pernah terjadi.
“tetapi nyatanya, Lurah Desa Terong Welasiman justru melakukan
pembiaran terhadap gejolak yang terjadi di pedukuhan Rejosari, termasuk ketika
beberapa ketua RT mengundurkan diri dan surat pengunduran diri itu sampai di
tangan lurah Desa terong, Welasiman tidak mengadakan komunikasi dengan
masyarakat Rejosari untuk mencari akar permasalahan sebagaimana mestinya,
tetapi langsung memerintahkan ketua RT itu untuk bekerja kembali melalui surat
perintah penugasan yang diberikan tembusan kepada muspika Kecamatan Dlingo, dan
hal ini semakin menambah panasnya gejolak masyarakat Pedukuhan Rejosari, karena
merasa sangat disepelekan oleh lurah Desa Terong Welasiman.” jelas Asy’ari.
Sementara dari unsur pemuda
Pedukuhan Rejosari yang diwakili, Gondo Sutrisno, Ari Kribo, Dedi Setiawan, Ilham
dan Purnomo menyatakan bahwa pemuda berharap agar Dukuh Kasiyanto legowo mengundurkan
diri, demi keutuhan masyarakat Rejosari hari ini dan hari esok.
“menurut kami, kecuali Kasiyanto tidak mendapatkan legitimasi yang
cukup dari masyarakat pedukuan Rejosari, para pemuda Rejosari tersebut berharap
memiliki seorang tokoh yang berjiwa nasionalisme mementingkan kepentingan umum
diatas kepentingan pribadi atau golongan.” kata salah satu pemuda.
Di sisi lain, Ketua BPD Desa
Terong Daldiri ketika ditemui secara terpisah oleh suarakpk.com, di rumahnya
menyatakan bahwa BPD Desa Terong pernah melaksanakan rapat dengan lurah desa
Terong Welasiman membahas penanganan permasalahan di pedukuhan Rejosari Desa
terong kecamatan Dlingo pada tanggal 15 Februari 2018 rekomendasi dari rapat
tersebut bahwa BPD desa terong menyarankan kepada lurah Desa Terong, agar
mencari akar permasalahan di tingkat masyarakat Rejosari, selain itu, Lurah juga
diharapkan untuk mengadakan dialog dengan warga Rejosari, guna mencari solusi
yang terbaik.
“sebagai Mitra dari pemerintah Desa, BPD berharap agar dukuh
Rejosari Kasiyanto bisa bijaksana, dan agar warga Rejosari tidak terbelah,
karena kebersamaan merupakan pondasi yang kuat untuk membangun pedukuhan
Rejosari” terang Dardiri.
Sementara, Jaringan Lembaga
Advokasi Masyarakat Berkeadilan sebagai Kuasa Hukum dari masyarakat Pedukuhan
Rejosari, Lahnudi SH, mengatakan karena tidak ada titik temu dalam rapat
mediasi yang difasilitasi Camat Dlingo, maka dirinya dan masyarakat Rejosari
akan menempuh jalur hukum.
Pantauan di lapangan, aksi
ratusan warga Rejosari berlangsung kondusif dalam pengawalan dari aparat
kepolisian TNI dan Satpol PP Kabupaten Bantul, hanya sempat terjadi insiden
kecil, ketika aksi unjuk rasa selesai dan para pengunjuk rasa bermaksud pulang,
beberapa kunci motor mereka ditahan, salah seorang anggota polisi, namun
insiden kecil itu tidak berlangsung lama setelah kunci motor mereka
dikembalikan dan para pengunjuk rasa memilih meninggalkan halaman kantor
kecamatan Dlingo menuju rumahnya masing-masing. Walaupun ada sedikit aksi
blayer knalpot motor tapi secara keseluruhan aksi ratusan warga Rejosari
tersebut berjalan damai. (Sudirman/red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar