Merdi Dusun Kedawung Pinggir Kota Wonosobo - SUARAKPK

BERITA HARI INI

Home Top Ad


Iklan BUMN



Penghargaan dari Kedubes Maroko


 

07 Oktober 2017

Merdi Dusun Kedawung Pinggir Kota Wonosobo


WONOSOBO, suarakpk.com - Alangkah adiluhungnya kebudayaan yang ditinggalkan oleh leluhur kepada anak cucunya yang masih bisa dirasakan sampai sekarang ini. Berbagai kegiatan untuk mengenang dan menauladani sikap leluhur dilakukan, diantaranya dengan bersih desa. Bersih desa sebagai salah satu cara untuk mengenang jasa para pendiri desa/dusun hingga sekarang masih dilestarikan. Seperti di Desa Wonolelo, Kecamatan Wonosobo, kabupaten Wonosobo. Pada hari Kamis dan Jumat, (5 - 6 / 10) melakukan bersih desa yang dimulai potong Kambing Kendhit, memasak dan potong tumpeng di sumber mata air  atau makam leluluhur di daerah ini. Acara yang dimulai pukul 07.00 WIB dihadiri oleh para sesepuh desa, perangkat desa dan seluruh lapisan masyarakat tumpah ruah di sini untuk ngalab berkah dan berdoa membaca Surat Yasin dan Tahlil. Acara dilanjutkan dengan kirab karnaval keliling desa pada pukul 13.00 WIB menuju area makam leluhur. Pukul 20.00 WIB diadakan pentas seni lengger dan kuda kepang.

Sejarah adanya Dusun Kedawung, konon berawal dari kisah datangnya pertapa agung yang bernama Kyai Buyut Margoyoso. Tokoh yang memiliki dan suka menebarkan watak bhakti sosial, ilmu kanuragan, budi pekerti luhur, dan mengajarkan dan mempraktekkan berbagai tatanan kehidupan yang tentram, damai, rukun dan sentosa. Beliau juga pengembara  yang memiliki empati terhadap sesama ini dibuktikan dengan mengangkat putri asuh yang berjuluk Nyai Geno. Putri ini bertemu dengan Kyai buyut juga dalam pengelanaannya dalam menguri-uri budaya tari. Pada akhirnya keluarga kecil ini sampai dipertapan Kedawung dan menetap di sini. Lama - kelamaan banyak pendatang yang menetap di daerah ini karena ketertarikan dengan watak sesepuh yang tinggal lebih dulu, tak lain adalah Kyai Buyut Margoyosi. Ringkas cerita  daerah tersebut sekarang dikenal dengan nama Dusun Kedawung, Desa Wonolelo.

Banyak peninggalan yang diberikan beliau yaitu budi pekerti luhur yang tertanam di masyarakat agar mampu hidup sentosa, damai, dan guyup rukun. Untuk menghormati dan mengenang sejarah, maka beberapa acara adat dan kesenian masih diselenggarakan sampai sekarang.

Pada tahun ini menurut penuturan ketua panitia, Juhari anggarannya adalah 75 juta rupiah. "Serangkaian acara tersebut menghabiskan dana sekitar Rp. 75.000.000, 00 dana itu didapatkan dari desa sekitar Rp.10.000.000, 00 dan lainnya dari swadaya masyarakat sendiri.” Ujar Kadus Kedawung.

Masyarakat pun mengikuti acara demi acara dengan antusias, penuh semangat, untuk mengikuti arak-arakan mengelilingi desa dengan suka cita hingga kegiatan lain. Di acara tersebut tidak lupa juga dimeriahkan dengan pentas seni dari rombongan Tari Topeng Cahyo Budoyo yang tiap bulannya pentas di Candi Borobudur.
“Harapan dari diselenggarakan acara tersebut tidak lain adalah untuk menjaga kelestarian budaya, memperkenalkan adat istiadat peninggalan leluhur kepada generasi muda, mengenang leluhur pendirinya desa, dan yang paling penting adalah warga Dusun kedawung dan Desa Wonolelo pada umumnya hayom hayem tentrem sejahtera, rukun dan terhindar dari semua halangan. Dan yang paling penting adalah keselamatan bagi semua warga."  Ungkap kepala Desa, Urip Widodo.
“Perlu diketahui prosesi acara seperti ini sudah dilakukan turun-temurun mulai dari dulu, dan kewajiban kita melestarikan kebudayaan yang ditinggalkan para tokoh terutama pendiri Desa Wonolelo ” Ujar salah satu masyarakat setempat. (Gus Edi)

1 komentar:

  1. Desaku tercinta ini semoga semakin makmur dan penduduk nya semakin guyup rukun.

    BalasHapus

HUT SUARAKPK Ke 9 (2018)