![]() |
KP. Dato’Sri. Dr. H. Andi
Budi Sulistijanto, S.H, M.Ikom saat berkunjung di Kantor Redaksi Media SUARAKPK di Tingkir, Kota Salatiga, Kamis (27/5/2021) |
SALATIGA, suarakpk.com – Ketua Yayasan Indonesia Maju dan Berbudaya (YFIMB), KP. Dato’Sri. Dr. H. Andi Budi Sulistijanto, S.H, M.Ikom bersama anggotanya terus menjalankan tugas melakukan survey dan observasi lahan atau situs untuk penelitian budaya yang diberikan oleh Ketua Dewan Pembina Yayasan Forum Indonesia Maju dan Berbudaya, Prof. Dr. KH.Said Aqil Siraj, M. A sebagaimana yang tersurat dalam surat bernomor 005/YFIMB-ST/V/202.
KP. Dato’Sri. Dr. H. Andi Budi Sulistijanto, S.H, M.ikom yang akrab disaba dengan Gus Andi, saat melakukan kunjungan ke Redaksi SUARAKPK di Tingkir, Kota Salatiga, Kamis (27/5/2021), menuturkan, bahwa Survey dan observasi dilakukan di beberapa kota diantaranya, Surabaya, Solo, Jogjakarta, Magelang, Bandung, Sukoharjo, Mojokerto, Klaten, Magetan, Bandung dan beberpa kota lainya.
“Penelitian dilakukan sebagai upaya untuk menyelamatkan situs situs sejarah yang belum tersentuh oleh dinas terkait. Sebab ribuan situs sejarah saat ini banyak yang mangkrak dan rusak,” tutur Gus Andi.
Dikatakan Gus Andi, selain upaya penyelamatan, YFIMB juga melakukan pendataan dan penggalian jejak sejarah masa silam terkait dengan kebudayaan ataupun sejarahnya.
“Hasil dari penelitian selanjutnya akan dijadikan referensi policy untuk Pemerintah melalui Kementerian terkait, sebagai salah satu data untuk melakukan pelestarian dan pengembangan potensi wisata di daerah,” katanya.
Ditandaskan Gus Andi, bahwa YFIMB juga mendorong Pemerintah membuat Unit Kerja Budaya Keraton Nusantara, terkait penyelamatan adat budaya keraton keraton di Nusantara beserta situs bangunan yang ada di dalamnya, langsung di bawah Presiden.
“Pembentukan unit kerja budaya keraton Nusantara sangat diperlukan. Mengingat bangsa ini memiliki sejarah panjang terkait keraton keraton di Nusantara yang keberadaanya menjadi karakter jati diri bangsa Indonesia,” tandasnya.
Gus Andi mengungkapkan, bahwa ketiadaan unit kerja khusus yang membidangi budaya keraton di Nusantara, membuat bangsa ini semakin jauh dari budaya yang dimilikinya, sehingga dampak yang di timbulkan tidak hanya membuat generasi muda kehilangan ruh budayanya, tetapi juga jauh dari ahklak dan budi pekerti aslinya yang luhur dan berbudaya.
“Keraton keraton Nusantara saat ini kondisinya memang memprihatinkan sekali, baik dari sisi tradisi, adat dan budaya. Tak terkecuali sisa peninggalan bangunan cagar budaya yang dimilikinya. Oleh sebab itu unit kerja budaya keraton Nusantara tidak hanya bertugas mengembalikan kebudayaan keraton keraton Nusantara yang hilang, tetapi juga membangun dan menjaga kelestarianya,” ungkap ketua YFIMB .
Dijelaskan Gus Andi, bahwa Keraton sebagai pemangku adat dan budaya Nusantara tak lepas dari perjalanan sejarah yang pernah ia miliki. Gus Andi mencontohkan, di kota Solo, keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta tidak hanya menjadi ruh terhadap kebudayaan itu sendiri, akan tetapi juga memiliki peran penting dalam kemajuan dan pembangunan sektor wisata di Kota Surakarta.
“Hanya saja kondisi bangunan cagar budaya di keraton Solo saat ini kondisinya banyak yang rusak bahkan diantaranya ada juga bangunan yang ambruk. Sehingga jika tidak segera di renovasi, dikhawatirkan akan semakin bertambah rusak bangunan benda cagar budaya warisan kejayaan Mataram Islam di Keraton Kasunanan Surakarta,” jelas Kanjeng Pangeran Dr. H. Andi Budi S, SH, M.Ikom.
Lebih lanjut Gus Andi yang juga sebagai Sentana dalem serta pemerhati budaya ini mengatakan, sudah puluhan tahun sejak era orde baru Keraton Solo tak tersentuh oleh pembangunan, imbasnya banyak bangunan cagar budaya rusak, salah satunya adalah tembok Prabuwinatan dan atap gedong kereta di sebelah barat kori kamandungan.
“Kondisi tersebut jika tidak segera di benahi di khawatirkan akan merusak bangunan yang ada di sebelahnya,” ujarnya.
Diterangkan Gus Andi, bahwa pada tahun 90an gedong kereta merupakan tempat jujugan para wisatawan berkunjung di Keraton Solo. Tempat tersebut menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Surakarta. Akan tetapi sejak kondisinya rusak tidak terawat, spot wisata tersebut sekarang hanya tinggal kenangan.
“Padahal jika dirawat dan dikembangkan dengan baik, gedong kereta tidak hanya menjadi spot kunjungan wisata di keraton Kasunanan Surakarta, akan tetapi juga akan menjadi destinasy wisata di Kota Solo,” terangnya.
Wakil Ketua LAKPESDAM NU ini menegaskan, bahwa pengembangan sektor wisata di kota Solo tidak bisa lepas dari peran keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta. Oleh karena alasan tersebut, maka diharapkan Pemerintah selaku pemangku kebijakan harus andil dalam pelestarian bangunan cagar budaya di Keraton Kasunanan Surakarta.
“Sebab tanpa peran pemerintah tidaklah mungkin aset warisan bangsa tersebut dapat di selamatkan,” tegas Gus Andi.
Di tambahkan KP. Dr.H.Andi Budi, mengutip apa yang pernah di sampaikan oleh ketua PBNU, Prof. Dr. Kyai Said Aqil Siraj, bahwa kebesaran sebuah bangsa terletak pada keluhuran budayanya, sehingga atas dasar filosofi tersebut, maka pelestarian budaya baik yang berbenda ataupun yang tak berbenda mutlak harus dilakukan.
“Agar warisan budaya yang kita miliki tetap lestari sepanjang masa,” imbuhnya.
Sementara menyinggung akan program Walikota Surakarta Gibran Rakabumingraka yang akan memajukan dan mengembangkan destinasi budaya dan pariwisata di Kota Surakarta Andi menyampaikan, pentingnya sinergitas antara pemerintah daerah bersama para pemangku budaya yang ada.
“Agar dalam mengembangkan destinasi wisata sejalan dengan ruh yang ada di Kota Solo, sebagai kota pelestari budaya, adat dan tradisi,” ucapnya.
Menurut Gus Andi, bahwa sebagai bangsa besar yang dibangun dari keragaman budaya, Indonesia tidak bisa lepas dari peran keraton sebagai pewaris adat dan budaya bangsa. Di solo keberlangsungan keraton sebagai pemangku budaya tidak hanya menjadi masa depan Kota Surakarta dan Jogjakarta yang notabene mereka adalah para pewaris pewaris Mataram Islam di tanah Jawa.
“Sehingga tak dipungkiri wajah keraton merupakan cermin kota budaya, khususnya di Kota Surakarta. Keberlangsungan dan kelestarian keraton akan memiliki peran penting terhadap perkembangan pariwisata di Kota Surakarta,” terangnya.
![]() |
KP. Dato’Sri. Dr. H. Andi
Budi Sulistijanto, S.H, M.ikom Bersama Pimpinan Redaksi Media SUARAKPK, Imam Supaat Menunjukan Keris Pusaka Peninggalan Leluhur |
Di sisi lain, disinggung terkait dengan pusaka peninggalan leluhur berupa senjata keris, dijelaskan Gus Andi, bahwa Keris tidak hanya sebagai senjata tradisional khas masyarakat jawa, akan tetapi lebih dari itu, keris telah menjadi masterpice budaya nusantara yang di akui oleh Unesco. Selain dianggap sebagai senjata pusaka dengan memiliki kekuatan tertentu, keris juga sarat nilai nilai luhur antara manusia dengan Tuhan Sang Maha penciptaNya.
“Oleh sebab pada proses pembuatan keris di butuhkan berbagai laku ritual khusus, dari mulai tahap awal sampai pada akhir pembuatanya,” jelas tokoh budaya nusantara, Gus Andi.
Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, lanjut Gus Andi, untuk memilik sebuah keris pusaka seseorang tidak boleh langsung beli asal suka. Akan tetapi watak dan pawukon lebih dulu harus dicocokan dengan keris pusaka yang akan diembannya, agar tidak terjadi kontra energi antara energi keris pusaka dengan pemiliknya.
“Selain tercipta sebagai sebuah maha karya seorang mpu, di dalam maha karya tersebut terdapat isoteri yang jarang diungkap dalam bentuk ilmu ilmiah nyata (pengetahuan). Padahal nilai sebuah keris tak hanya bisa dipahami dari sisi seni dan maha karya visualisasi seorang empu yang sangat tinggi, tetapi nilai kajian keris tak bisa lepas dari proses pembuatannya yang dilakukan dengan cara laku spiritual yang Panjang,” lanjutnya.
Diungkapkan Gus Andi, bahwa pada proses pembuatan keris, seorang Mpu tidak hanya harus menyiapkan bahan baku logam pilihan sesuai dengan karakter keris pusaka yang akan dibuatnya. Dengan harapan agar kelak memiliki energi kekuatan ghaib sehingga mampu melindungi dan menjaga pemiliknya dari gangguan yang tak kasad mata.
“Sebab energi kekuatan keris pusaka bukan berasal dari mahkluk halus, jin, banaspati, ilu ilu wewe gombel dan mahkluk halus lainya, akan tetapi berasal dari energi laku spiritual sang Empu dengan bahan baku yang di gunakan dalam proses pembuatan keris pusaka,” ungkap Dewan Pembina Redaksi Media SUARAKPK.
Lewat simbol dan pesan yang ada dalam dhapur dan pamor bilah keris pusaka, kata Gus Andi, bahwa seorang Mpu mampu menyampaikan makna suci dari nilai nilai luhur keinginan bathin seorang empu.
“Pamor merupakan bentuk abstrak visualisasi keris yang juga kerap disebut sebagai aksara tali rasa. Alur tulisan kuno yang tersirat dalam bilah keris pusaka, bisa di baca sebagai ideografik (bentuk yang memiliki makna). Oleh karena itu konon keris dengan pamor Jawlana atau pamor yang terbentuk dengan tidak sengaja telah dipelajari orang jawa sebagai satu cara penulisan aksara. Aksara ini hanya bisa dipecahkan melalui rasa dan pikiran seperti yang tersirat dalam ilmu ‘Sastra Jendra Hayuningrat,” urainya.
Gus Andi, menandaskan, diyakini konon pada saat membuat keris pamor Jawlana seorang empu harus semedi memadukan antara panas tubuh dengan panas tungku, menggunakan ilmu pernafasan “nata rasa sajroning mawa”.
“Pamor yang bergerak dan mengalir melalui kemanunggalan dua kekuatan panas, akan mampu membentuk motif seolah olah mengatur sebuah tulisan aksara, yang sebenarnya adalah getaran komunikasi antara benda dan Empu pembuatnya melalui perasaan cipta, rasa dan karsa,” tandasnya.
Dengan semangat yang membara, Gus Andi pun menjelaskan, pada saat proses tempa dan lipat akan menghasilkan pola yang tak terduga. Dalam proses penempaan inilah sebuah proses penjabaran kepekaan manusia dalam mengenali logam dan berbagai unsur lainya pada proses pembuatan keris diuji, melalui kepekaan panca indera serta indera ke enam yang di miliki manusia.
“Sarana ini yang dipergunakan oleh masyarakat jawa untuk membuat keris pusaka,” ucapnya.
Aksara pamor yang tergurat dalam bilah keris, lanjut Gus Andi, merupakan bentuk pembacaan komunikasi antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga aksara pamor tersebut mampu dibaca apa dan bagaimana manfaatnya.
“Oleh karena alasan ini maka keris pusaka kerap memiliki makna lain di luar sebagai senjata tradisional milik masyarakat jawa,” ujarnya.
Perpaduan berbagai unsur dalam proses pembuatan keris di maknai sebagai simbol Manunggaling kawulo Gusti. Material meteorit diyakini sebagai keterwakilan kekuatan bapa angkasa. Sedangkan pasir besi mewakili ibu pertiwi.
“Penggunaan serta penyatuan dua unsur logam alam semesta tersebut menjadi bagian dari proses spiritual seorang empu dalam manunggaling kawulo gusti,” ucapnya.
Dalam ilmu perkerisan, tambah Gus Andi, pengetahuan cara mengetahui energi sebuah pusaka di sebut ilmu tayuh keris. Menurutnya, prinsip dari ilmu ini sebenarnya ingin mengetahui energi di dalam keris pusaka melalui sebuah proses spiritual. Dikatakannya, pada saat seseorang sedang melakukan proses spiritual tayuh keris, berbagai kejadian ghaib akan terjadi. Diantaranya melalui mimpi, bertemu langsung dalam alam bawah sadar ataupun dari whisik.
“Ilmu tayuh berguna untuk mengetahui energi, ketuaan empu pembuatnya, serta kekuatan apa yang ada di dalam keris pusaka,” katanya.
Menurut Gus Andi, Filosofi Jawa ini, menjadi salah satu wujud nyata kemanunggalan antara keris pusaka dengan pemiliknya.
“Sementara itu dalam tradisi Jawa, keris tak hanya dianggap sebagai lambang kegagahan dan kaprawiran, tetapi lebih dari itu keris menjadi bagian dari jati diri si pemiliknya,” pungkas urai tokoh budaya nusantara, Gus Andi saat memaparkan soal keris pusaka nusantara. (Imam.S/Red)
Tonton Videonya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar