UNGARAN, suarakpk.com – Dalam upaya terus melindungi Cagar Budaya, pemerintah Desa Klero selalu mengajak warga masyarakat dan para pengunjung Candi Klero untuk bersama merawan dan melestarikannya. Pasalnya, dalam merawat dan melestarikan Cagar Budaya juga telah diatur dalam Undang - Undang RI No. 11 Tahun 2020 Tentang Cagar Budaya Jawa Tengah, sebagaimana tersirat dalam Pasal 103,105,106,107,108 yang menyebut, bahwa setiap orang dilarang mencari, merusak, mencuri, memindahkan, memisahkan Cagar Budaya baik seluruh maupun bagian - bagianya dari kesatuan, kelompok dan atau letak asal.
Untuk diketahui bersama, bahwa Cagar budaya dilestarikan akan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan Agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan teknologi, kebudayaan dan pariwisata.
Dituturkan Pegawai Juru Pemelihara Candi Klero, Sunardi, bahwa Candi Klero merupakan peninggalan jaman Hindhu Abat 8 wangsa Syalendra.
Situs Candi Klero atau yang juga biasa di sebut Candi Tengaran Kab Semarang oleh masyarakat kondisinya cukup utuh, pada bagian pipi tangga tidak terdapat hiasan relief, hanya ada hiasan makara pada kaki candinya yang tampak belum selesai terpahatkan.
“Di atas kaki candi, pada bagian tengahnya berdiri bagunan kecil yang di dalamnya terdapat Yoni dan di atasnya terdapat Lingga. Lingga - Yoni merupakan aspek perwujudan Dewa Siwa, dewa tertinggi dalam Agama Hindhu,” tutur Sunardi.
Diterangkan Sunardi, bahwa bentuk atap Candi bertingkat tiga. Tingkat atap pertama berbentuk atap Limasan. Sementara itu, atap kedua berbentuk persegi lebih kecil daripada atap, tingkat pertama yang di sekeliling tepi atapnya terdapat hiasan antefiks. Pada atap tingkat ketiga atau bagian puncak candi, terdapat berbentuk ratna.
“Siapapun yang berkunjung untuk dapat menjaga kebersihan, dilarang memanjat Candi, dilarang corat coret, dilarang merokok,” pungkasnya. (Erwanto/Ustanul/Mujib/red).
Tonton Videonya :
Mantap Pak
BalasHapus