Ketgam : Agus dengan kondisi badan berbedak arang saat proses pembakaran tempurung menggunakan drum bekas.
Batu Bara, suarakpk.com - Meski berpenghasilan Rp 40 ribu perhari, ayah satu anak ini harus rela kesehariannya bergemul asap dan ia juga harus rela hitamnya arang membedaki bagian tubuhnya.
Ini kisah pengelola arang bernama Agus (32) warga Dusun VII, Desa Empat Negeri Kec Datuk Lima Puluh Kab Batu Bara Sumatera Utara.
Liku-liku usahanya sebagai seorang pengola arang batok (tempurung) kelapa memang layak menjadi perhatian pemerintah, sebab dengan keterbatasan modal kerap menjadi kendala baginya untuk bisa mendapatkan penghasilan lebih.
Saat ditemui di lokasi usahanya, Minggu (23/02/2020) Agus menceritakan proses usaha yang sudah ia lakoni sejak tujuh bulan terakhir.
Untuk mendapatkan lembaran rupiah bagi Agus bukanlah hal yang instan, ada proses yang harus dilalui bahkan harus menelan waktu mencapai satu minggu.
Soalnya, sebelum dikelola menjadi arang dirinya harus terlebih dahulu berkeliling kampung membeli tempurung kepada masyarakat.
Dalam seminggu Agus hanya bisa membakar sekitar 1 ton tempurung yang dibeli dengan harga Rp 600 perkilo, selain biaya membeli tempurung ia juga harus mengeluarkan biaya transportasi sebesar Rp 200 ribu.
Dari 1 ton tempurung yang dibakar Agus bisa menghasilkan 280 - 300 kg dengan harga jual Rp 4000 perkilo.
" Kalau dihitung-hitung aku hanya berpenghasilan Rp 40 - 50 ribu perhari, gimana lagi, cukup ngak cukup ya dicukup-cukupilah" ucap Agus kelelahan.
Terkait keterbatasan modal yang ia miliki dan demi kelanjutan usaha juga untuk bisa menghidupi keluarganya lewat usaha tersebut Agus mengharapkan perhatian dari Pemerintah setempat.
"Kalau aku punya modal sekitar Rp 1,5 juta maka diperkirakan akan mendapatkan 2 ton tempurung per minggu sehingga dengan demikian aku bisa berpenghasilan Rp 80 perhari", tukas Agus berharap.
(muhammad amin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar