Cilacap, suarakpk.com - PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) sebagai pemrakarsa bersama Pemprov Jawa Tengah, Pemkab Cilacap, Kemenpupera dan KLHK serta Pemerintah Denmark melakukan peletakan batu pertama proyek fasilitas pengolahan sampah berbasis Refuse Derived Fuel (RDF).
Selain peletakan batu pertama yang dilakukan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Heru Sudjatmiko, juga ditandatangani nota kesepahaman proyek RDF diatas tanah seluas 1 hektar yang berlokasi di tempat pembuangan akhir (TPA) Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Fasilitas pengolahan sampah domestik ini merupakan pertama di Indonesia dan akan menelan biaya investasi sebesar Rp 60 miliar. Diharapkan pada kuartal III tahun 2018, proyek tersebut akan selesai dan mampu mengolah 120 ton sampah domestik per harinya.
Sampah akan diolah dengan metode pengeringan secara biologis atau bio drying untuk dijadikan RDF. Setelah diolah, RDF akan menjadi jenis bahan bakar alternatif yang dimanfaatkan sebagai subtitusi bahan bakar tradisional di pabrik Holcim yang sebelumnya pakai batubara.
"Untuk mencapai target ambisius pembangunan berkelanjutan 2030 yang kami canangkan, Holcim Indonesia melalui unit bisnisnya, Geocycle, terus berusaha meningkatkan penggunaan bahan bakar dan material alternatif, diantaranya bahan bakar alternatif jenis RDF," ujar Heli Sastrosatomo, Direktur Legal & Corporate Affairs SMCB, Rabu (26/7).
Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji, menambahkan bahwa upaya penyediaan lahan baru untuk TPA memerlukan investasi sekitar Rp 40 miliar setiap lima tahun. Selain itu perseroan juga sulit mencari lahan dan potensi penolakan masyarakat yang cukup tinggi.
Di sisi lain, sistem pengolahan sampah saat ini dengan cara ditutup tanah tidak menyelesaikan permasalahan sampah dengan paripurna. Lalu, Pemerintah Kabupaten Cilacap berinisiatif menawarkan kerjasama pengelolaan sampah ke berbagai unsur masyarakat, termasuk dengan swasta.
"Salah satu pihak swasta yang menanggapi adalah PT Holcim Indonesia Tbk dengan solusi inovatif yang berkelanjutan dengan menerapkan pengolahan sampah menggunakan metode RDF," kata Bupati.
Sebenarnya, jelasnya proyek ini sudah dimulai sejak tahun 2013. Namun, saat itu Pemerintah Kabupaten Cilacap bersama dengan Holcim Indonesia sebagai pemrakarsa proyek melakukan studi kelayakan teknis dan finansial terhadap teknologi pengolahan sampah domestik menjadi RDF, dilanjutkan dengan uji coba selama satu tahun di fasilitas Geotainer yang berlokasi di pabrik Holcim Narogong, Jawa Barat.
“Dukungan untuk merealisasikan proyek ini pun datang dari berbagai pihak, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia berinisiatif untuk berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan, dan Pemerintah Denmark melalui program ESP3-nya berkontribusi membiayai pengadaan peralatan mekanikal dan elektrikal,” ungkapnya.
Dia menambahkan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membangun sarana dan prasarana utama yang dibutuhkan. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan bantuan keuangan untuk membangun sarana penunjang serta memberikan bantuan biaya operasional selama 5 tahun pertama.
“Seluruh dukungan tersebut dibangun di atas lahan milik pemerintah Kabupaten Cilacap yang berkomitmen untuk menyediakan biaya operasional pabrik dan investasi penambahan armada truk untuk meningkatkan pelayanan menjadi 120 ton per hari,” tandasnya.
Bupati berharap agar proyek ini dapat menjadi langkah awal untuk memberikan solusi alternatif bagi masalah persampahan di Kabupaten Cilacap, dan kedepannya, pembelajaran dari pengembangan proyek RDF ini bisa memberikan nilai tambah bagi perbaikan lingkungan di Indonesia. (Rus/ Indr)
Selain peletakan batu pertama yang dilakukan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Heru Sudjatmiko, juga ditandatangani nota kesepahaman proyek RDF diatas tanah seluas 1 hektar yang berlokasi di tempat pembuangan akhir (TPA) Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Fasilitas pengolahan sampah domestik ini merupakan pertama di Indonesia dan akan menelan biaya investasi sebesar Rp 60 miliar. Diharapkan pada kuartal III tahun 2018, proyek tersebut akan selesai dan mampu mengolah 120 ton sampah domestik per harinya.
Sampah akan diolah dengan metode pengeringan secara biologis atau bio drying untuk dijadikan RDF. Setelah diolah, RDF akan menjadi jenis bahan bakar alternatif yang dimanfaatkan sebagai subtitusi bahan bakar tradisional di pabrik Holcim yang sebelumnya pakai batubara.
"Untuk mencapai target ambisius pembangunan berkelanjutan 2030 yang kami canangkan, Holcim Indonesia melalui unit bisnisnya, Geocycle, terus berusaha meningkatkan penggunaan bahan bakar dan material alternatif, diantaranya bahan bakar alternatif jenis RDF," ujar Heli Sastrosatomo, Direktur Legal & Corporate Affairs SMCB, Rabu (26/7).
Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji, menambahkan bahwa upaya penyediaan lahan baru untuk TPA memerlukan investasi sekitar Rp 40 miliar setiap lima tahun. Selain itu perseroan juga sulit mencari lahan dan potensi penolakan masyarakat yang cukup tinggi.
Di sisi lain, sistem pengolahan sampah saat ini dengan cara ditutup tanah tidak menyelesaikan permasalahan sampah dengan paripurna. Lalu, Pemerintah Kabupaten Cilacap berinisiatif menawarkan kerjasama pengelolaan sampah ke berbagai unsur masyarakat, termasuk dengan swasta.
"Salah satu pihak swasta yang menanggapi adalah PT Holcim Indonesia Tbk dengan solusi inovatif yang berkelanjutan dengan menerapkan pengolahan sampah menggunakan metode RDF," kata Bupati.
Sebenarnya, jelasnya proyek ini sudah dimulai sejak tahun 2013. Namun, saat itu Pemerintah Kabupaten Cilacap bersama dengan Holcim Indonesia sebagai pemrakarsa proyek melakukan studi kelayakan teknis dan finansial terhadap teknologi pengolahan sampah domestik menjadi RDF, dilanjutkan dengan uji coba selama satu tahun di fasilitas Geotainer yang berlokasi di pabrik Holcim Narogong, Jawa Barat.
“Dukungan untuk merealisasikan proyek ini pun datang dari berbagai pihak, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia berinisiatif untuk berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan, dan Pemerintah Denmark melalui program ESP3-nya berkontribusi membiayai pengadaan peralatan mekanikal dan elektrikal,” ungkapnya.
Dia menambahkan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membangun sarana dan prasarana utama yang dibutuhkan. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan bantuan keuangan untuk membangun sarana penunjang serta memberikan bantuan biaya operasional selama 5 tahun pertama.
“Seluruh dukungan tersebut dibangun di atas lahan milik pemerintah Kabupaten Cilacap yang berkomitmen untuk menyediakan biaya operasional pabrik dan investasi penambahan armada truk untuk meningkatkan pelayanan menjadi 120 ton per hari,” tandasnya.
Bupati berharap agar proyek ini dapat menjadi langkah awal untuk memberikan solusi alternatif bagi masalah persampahan di Kabupaten Cilacap, dan kedepannya, pembelajaran dari pengembangan proyek RDF ini bisa memberikan nilai tambah bagi perbaikan lingkungan di Indonesia. (Rus/ Indr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar