Foto : Imam Supaat
“Jagan
bertanya apa yang akan anakmu berikan kepadamu, bertanyalah, apa yang akan kamu
wariskan pada anak-anakmu itu”
Dunia anak
merupakan dunia yang penuh spontanitas dan menyenangkan. Mereka senang meniru,
karena itu merupakan proses pembentukan tingkah laku. Dalam konteks ini, kita
sebagai orang tua benar-benar dibutuhkan kesiapan untuk dapat menempa anaknya
masing-masing menjadi seorang anak yang berguna bagi bangsa dan negara,
terlebih bagi orang tua dan masyarakat dilingkungannya.
Sedikit
tulisan ini merupakan usaha pergerakkan terbuka kami pemuda daerah yang tidak
punya nama, dalam upaya menumbuhkan kesadaran orang tua, keluarga masyarakat
dan pemerintah untuk lebih meningkatkan mutu kehidupan anak yang terlindungi.
Sehingga kelak anak-anak punya kesiapan diri dalam memasuki jenjang kehidupan
lebih baik sebagai generasi penerus bangsa.
Tulisan ini pada mulanya adalah keinginan
untuk menyaksikan sebuah kehidupan politik yang sehat, bersih dan dinamis.
Reformasi adalah spirit yang kita tebarkan bersama dengan maksud: membangun
sebuah Indonesia Baru, yaitu Indonesia yang demokratis, berkeadilan dan
majemuk.
Kita menemukan kenyataan yang menjemukan.
Kehidupan politik dari hari ke hari semakin tanpa arah. Persaingan antar elit
berlangsung tanpa kontribusi bagi pelembagaan demokrasi. Dan dalil-dalil
bernegara tidak dipergunakan dengan benar. Dibidang hukum, pemenuhan rasa
keadilan sama sekali diabaikan.
Menurut pengamatan penulis, Retradisonalisasi politik
mulai tampak sebagai gejala yang makin menonjol. Acuan pada sentimen-sentimen
komunalistik lebih mewarnai kebudayaan politik, ketimbang kebiasaan berpolitik
yang mengacu pada aturan-aturan publik. Sesungguhnya, dalam situasi semacam
ini, konflik politik sangat mudah menyulut pertentangan fisik. Politik tidak
lagi dimengerti sebagai sebuah gejala yang testable
dan contestable, tetapi telah
mengarah menjadi praktek pengerasan ideologis dan pemujaan personal.
Sesungguhnya, kita sebagai pemuda bangsa
prihatin dengan semua gejala ini, prihatin dengan arah kehidupan demokrasi yang
mulai mandek ini, prihatin dengan kehidupan hukum yang tanpa keadilan sekarang
ini, prihatin dengan langkah – langkah pemulihan ekonomi yang tak menentu,
prihatin dengan aktivitas nepotisme dan korupsi yang merajalela kembali.
Sebagai pemuda penerus bangsa yang
bertanggung jawab, seharusnyalah keprihatinan itu kita terjemahkan dalam
tindakan nyata. Akan sia – sia bila kita sekedar menumpahkan ketidakpuasan itu
pada mereka yang semula kita harapkan untuk menjalankan spirit reformasi tadi.
Akan tidak produktif bila kita terseret dalam arus konflik politik sekarang
ini, dan menjadi bagian dari ketidak jelasan arah. Kita juga tidak ingin
menjadi jembatan bagi perselisihan politik yang sifatnya arogan dan personal
itu.
Penulis mengajak semua generasi muda agar
keprihatinan ini harus diterjemahkan dalam suatu arus gerakan baru, karena kita
justeru ingin mengajak seluruh pemuda dan lapisan masyarakat yang masih
memiliki kepedulian untuk melihat nasib Bangsa Indonesia kedepan dan dengan
cara baru, tantangan – tantangan politik, ekonomi dan kebudayaan kita. Kita
ingin melihat secara bersamaan, kenyataan yang sedang kita hadapi ini,
sekaligus di dalam kerangka tatanan global, agar kita memperoleh visi yang
jernih di dalam mengolah keperluan pergerakan kita, yaitu di dalam hal
memajukan demokrasi, mengupayakan keadilan dan mempromosikan masyarakat majemuk
dan terbuka.
Sementara di sisi lain terkait dengan Otonomi
Daerah, yang seharusnya Otonomi Daerah yang sudah berjalan selama lebih dari 17 tahun ini
masih jauh dari harapan semula yakni untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan,
namun yang terjadi adalah pemerataan tindak pidana dan perilaku korupsi. Bila
di masa sentrealisasi korupsi besar hanya bisa dilakukan oleh orang pusat, maka
di masa otonomi daerah, pelaku korupsi sudah merata sampai daerah-daerah bahkan
pelosok desa sekalipun.
Sebenarnya, Rakyat Indonesia sudah terlalu
lelah dengan berbagai peristiwa isu demi isu pesoalan hukum, kenaikan di segala
bidang, sehingga munculkan prilaku kekerasan, anarkhi yang selama ini terjadi
disebabkan oleh banyak hal dari soal perut, tindakan kekerasan oleh aparat
negara, sampai soal penghakiman agama dan keyakinan. Praktik korupsi dalam
beberapa hal sama dengan mengundang perilaku anarkhi. Oleh karena itu, sebelum
terlambat bagi kita untuk mencegahnya. Sebelum rakyat frustasi sehingga mudah
dikipasi untuk gerakan revolusi berdarah. Kecuali, bagi mereka yang memang
menginginkan negeri ini selalu berkahir dengan cerita kebangkrutan.
Perlu disadari bersama, saat ini sesungguhnya
Rakyat bisa menilai mana yang benar dan mana yang tidak. Semua ini adalah drama
kepalsuan di Republik juara korupsi yang di sutradarai manusia-manusia serakah
kekuasaan, uang dan jabatan.
Perlu difahami bersama, dengan meningkatnya
tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja
terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa
dan bernegara pada umumnya.
Tindak pidana korupsi yang meluas dan
sistematis juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi
masyarakat secara luas, oleh karena itu tindak pidana korupsi untuk dijadikan
musuh bersama bangsa ini.
Diakui maupun tidak diakui, bahwa kondisi
bangsa Indonesia sesungguhnya sudah sangat mengkhawatirkan untuk kehidupan
berikutnya. Bahwa sesungguhnya, kita miskin, kita cepat marah dan kriminalitas
ada dimana-mana.
Dan semakin nyata, Indonesia tidak hanya
sebuah tempat yang aman untuk korupsi, tetapi juga sebagai “negara korup”,
bukan lagi “negara hukum”.
Dan haruslah kita ingat bersama, bahwa anak-anak kita adalah pewaris pertama
dari keadaan kita sekarang ini.
Dari semua itu, penulis hendak mengajak semua
lapisan masyarakat untuk melihat kedepan dengan cara baru dan akal sehat, untuk
ikut serta dalam memajukan demokrasi, mengupayakan keadilan, mencegah dan
memberantas korupsi dalam masyarakat yang majemuk secara terbuka.
Bahwa benar sekali, untuk menyelesaikan
persoalan bangsa Indonesia saat ini memang bukan suatu hal yang mudah.
Kompleksitas permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini meliputi
berbagai bidang, baik hukum, ekonomi, sosial, maupun budaya. Belum lagi jika
melihat luas wilayah Indonesia yang dihuni lebih dari 250 juta penduduk yang
terdiri dari berbagai macam suku, agama, dan budaya, yang tersebar di ribuan
pulau.
Namun berbagai masalah yang sedang dialami
bangsa ini dan tantangan kondisi sosial budaya yang ada, harus dihadapi jika
masih menginginkan eksistensi sebagai bangsa. Semangat untuk maju dan
konsistensi mengisi kemerdekaan hanya dapat dilakukan dengan menempatkan
kembali kesatuan cita-cita dan prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai rujukan bersama segenap komponen bangsa.
Dan ingatlah, bila tidak ada perubahan sikap
mental dalam menghadapi semua persoalan bangsa saat ini dan atau bila para
pemimpin di negara ini tidak memiliki kepekaan dalam benturan kepentingan, yang
berujung pada komersial kekuasaan kasar, maka saya perkirakan, INDONESIA akan
mencapai kondisi yang amat matang untuk berlangsungnya sebuah Revolusi Sosial.
Tanpa pretense mengatas namakan rakyat, dan
tanpa tedensi menjadi serba tahu, Penulis, merupakan pemuda daerah penerus
bangsa yang tidak memiliki popularitas di negeri ini, meniatkan hati untuk
menyerukan “REVOLUSI SISTEM MORAL INDONESIA” serta menggalang semua lapisan
masyarakat Indonesia pada umumnya, masyarakat yang masih peduli akan masa
depan Bangsa Indonesia, untuk bersama – sama bangkit guna memulihkan Tatanan
Negara Indonesia pada Kedaulatan Rakyat sebagai tonggak tegaknya Negara
Republik Indonesia yang berpedoman pada nilai kesatuan, sebagaimana yang telah
menjadi komitmen kita pada awal Era Reformasi Bangsa Indonesia, melalui sebuah
Gerakan Kepedulian bersama dengan cara saling berbisik pada saudara, teman,
tetangga untuk mulai peduli dan menyerukan Gerakan Revolusi Sistem Moral
Bangsa, sebuah revolusi yang berkesisteman, sebuah Revolusi damai tanpa harus
meneteskan darah rakyat. Satu kepedulian warga negara dalam memberikan
pencerahan akan pentingnya berbuat baik dan peduli pada sesama, saling membantu
atas kekurangan orang lain akan menjadi sebuah tindakkan nyata dalam pembangunan
budaya moralitas masa depan anak cucu kita.
Tiga Pertanyaan ini Silahkan direnungkan :
1. Apakah harta yang akan kita wariskan kepada
anak kita kelak, adakah jaminan jika dengan harta anak-anak kita akan menemukan
kehidupan yang bahagia?
2. Apakah kepandaian duniawi dan jabatan yang
akan kita wariskan pada anak kita kelak?
3. Sejauh mana pentingnya moral untuk anak kita
ke depan?
Ditulis oleh : Imam Supaat,
Latar Belakang Organisasi dan Profesi
1. Pencetus dan Ketua Umum Gerakan Terbuka
Garda Amanah Indonesia
2. Pencetus Gerakan Terbuka Pemuda Retooling
Aparatur Negara
3. Pencetus Gerakan REVOLUSI SISTEM MORAL BANGSA
4. Ketua Umum Paguyuban Eksponen Rakyat Terlatih
periode (2001 – sekarang)
5. Pendiri, Penanggungjawab, Pimpinan
Umum/Redaksi Surat Kabar Investigasi dan Harian Online SUARAKPK
6. Pendiri/Penanggungjawab, Harian Online NUSANTARA7.COM
7. Ketua Dewan Pengurus Daerah Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Prov.Jawa Tengah.
8. Sekretaris Perwakilan Komisi Nasional Perlindungan
Anak Provinsi Jawa Tengah Periode 2018 – 2023