Gunung Tugel dikenal sebagai lokasi yang negatif, padahal praktek prostusi lebih banyak dilakukan oleh masyarakat pendatang dan bukan dilakukan oleh penduduk asli Gunung Tugel.
“Kita bersama forkompincam, dinas terkait serta penghuni Gunung Tugel melakukan koordinasi terkait dengan adanya pelanggaran Perda terkait dengan IMB, K3 dan yang lain-lain, yang mana tentunya pelanggaran ini harus kita tegakkan," ungkap Kepala Satpol PP Damkar Purworejo, Budi Wibowo. Kamis (18/3/2021).
Dijelaskan Budi Wibowo, bahwa untuk pelanggaran IMB, Satpol PP dan Damkar Purworejo, telah mengirimkan surat peringatan kedua, sedangkan untuk prostitusi yang masih marah terjadi di Gunung Tugel.
“Satpol PP sudah menghimbau kepada ibu-ibu yang melakukan kegiatan di sana untuk hijrah ke arah yang lebih baik lagi untuk bisa mendapatkan penghasilan yang lebih halal yang lebih manfaat untuk keluarganya,” jelasnya.
Dikatakan Budi, telah ada unit usaha yang dimanfaatkan oleh ibu-ibu manakala mereka mau.
“Ada dari ACT, ada dari Muhammadiyah yang sudah menyiapkan kerjasama terkait dengan kewirausahaan, sehingga kita berharap masalah Gunung Tugel bisa kita pecahkan bersama-sama dan konotasi negatif dari Gunung Tugel bisa kita entaskan juga, di luar tidak lagi negatif atas Gunung Tugel itu," katanya.
Dinyatakan, praktek prostitusi di Gunung Tugel telah dilakukan sejak lama. Pemerintah telah berupaya mengatasi masalah itu dengan melakukan pembongkaran sejumlah bangunan yang disinyalir kerap digunakan sebagai praktek prostitusi, namun demikian praktek masih terus dilakukan di Gunung Tugel.
“Embrionya sudah lama ada lalu semenjak lokasi stasiun di bongkar jadi, menjamur disana (Gunung Tugel). Dan berkumpul di sana sehingga semakin besar,” ungkapnya.
Atas masalah yang terjadi di Gunung Tugel, Budi menandaskan, bahwa Satpol PP sebagai penindak perda telah melakukan penindakan secara persuatif dalam pengentasan prostitusinya, yaitu dengan memberikan lapangan usaha kepada mereka, karena mereka terjun kedunia prostitusi itu banyak aspek yang menjadi alasanya, baik aspek keluarga, ekonomi dan lainya.
“Untuk itu tidak bisa serta merta mengubah namun secara step by step. Kita sudah punya data mana yang rumah penduduk mana yang disewakan," tandasnya.
Semantara, tokoh masyarakat Kutoarjo, yang juga takmir masjid, Kyai.Khoirul Anam, mengungkapkan, ulama dan umaro di Kecamatan Kutoarjo ingin merubah stigma negatif yang ada di Gunung Tugel. Dengan dilakukan musyawarah itu, ulama dan umaro berharap ada solusi yang baik terkait masalah Gunung Tugel.
“Kami semua ingin merubah Kutoarjo yang dengan konotasi negatif yaitu warga yang rumahnya Kutoarjo dulu apalagi yang berada di Gunung Tugel selalu dinilai negatif. Jadi para ulama di Kutoarjo ini ingin merubah meindset yang hubunganya dengan Gunung Tugel yaitu diubah menjadi pesantren. Dan tolonglah kami sampaikan kepada penduduk Gunung Tugel yang masih menjalankan kegiatan kurang bagus dan kurang beruntung mohon untuk bekerja secara benar dan sungguh sungguh, jadi jangan sampai kita ditanya lagi oleh ulama ulama yang di atasnya, kok masih, kok masih, maka jangan sampai seperti itu," ungkapnya.
Terkait prostitusi, disampaikan, ada sekitar 25 sampai 30 warga yang berprofesi dalam kegiatan maksiat itu. Namun praktek prostitusi lebih banyak dilakukan oleh warga dari luar Purworejo yang pindah ke Gunung Tugel.
“Ada sekitar 20 persen penduduk asli yang tinggal di Gunung Tugel dan 80 persen lainya merupakan pendatang dan banyak dintaranya melakukan praktek prostitusi,” ujarnya.
Lebih lanjut, dikatakan Kyai Khoirul bahwa para warga ingin melakukan aksi sendiri namun warga takut salah dihadapan hukum.
“Akhirnya kami minta bolo-bolo seperti ini. Akhirnya terlaksana musyawarah seperti ini, karena disebutkan penduduknya asli 20 persen 80 persen pendatang. Yang tidak di bidang prostitusi hanya 20 persen. Yang bermukim di situ dan melakukan hal tidak bagus ada 80 persen," lanjutnya.
Kyai Khaoirul menerangkan, ada sekitar satu tahunan ini praktek prostitusi kembali tumbuh subur di Gunung Tugel, mereka kembali ke sana setelah lokasi dibongkar, dan tumbuh subur lagi.
“Para penduduk yang asli kasihan mereka punya anak perempuan yang lewat selalu di suguhi hal itu, kan kasihan, dan jadi kurang bagus efeknya. Oleh karena itu rencana untuk mengubah mindset serta untuk mengatasi masalah itu, disana nantinya akan didirikan SDIT dan didirikan pesantren. Dengan demikian praktek prostitusi dan kemaksiatan lain bisa hilang disana, dan Gunung Tugel bisa berubah menjadi lebih baik," pungkasnya. (BW/Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar