Ket Foto : Para Raja/Sultan dan Ulama Foto Bersama Usai Penandatanganan Prasasti Sabda Nawacakra
KENDAL, suarakpk.com – Semakin lunturnya nilai budaya yang telah diwariskan oleh leluhur Nusantara dan nilai perjuangan para pahlawan kemerdekaan untuk bangsa Indonesia akhir akhir ini telah menggerakkan rasa keprihatinan para Raja dan Sultan serta para Ulama se Nusantara, dengan dasar tersebut tercetus sebuah keinginan para raja/sultan dan Ulama senusantara untuk duduk bersama merumuskan sebuah prasasti pengembalian budaya nusantara yang dikemas dalam sebuah pesan moral "SABDA NAWACAKRA" yang akan di wariskan kepada anak cucu ke depan.
Pertemuan
Raja/Sultan dan Ulama senusantara yang dimulai sejak kemarin kamis (21/12)
untuk merumuskan dan penandatanganan prasasti Sabda Nawacakra digagas dan
dipelopori oleh perwakilan kerajaan dan kesultanan serta para Ulama yang peduli
akan nasib bangsa Indonesia.
Pantauan
suarakpk.com di lokasi hari ini, jumat (22/12) nampak dihadiri oleh perwakilan
dari Kerajaan Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bali, Madura, Indrapura, Banten,
Pasundan dan lainnya.
Pelopor
acara silahturrohmi raja/sultan dan ulama, Ustad Gus Nur mengatakan kegiatan
penandatangan prasasti Sabda Nawacakra merupakan sikap kepedulian para
raja/sultan dan ulama dengan kondisi budaya leluhur nusantara yang makin
terkikis oleh era globalisasi.
"saya
hanya menjalankan amanah para ulama untuk mempertemukan dan mendudukan bersama,
menyamakan persepsi atas kondisi budaya negara ini yang merupakan cerminan dari
budaya nusantara." kata gus nur kepada suarakpk.com di sela sela kegiatan
penandatangan prasasti Sabda Nawacakra pada hari jumat (22/12) di Kraton
Madukara, Sekatul, Kendal, Jawa Tengah.
Gus
Nur menjelaskan Sabda Nawacandra merupakan hasil dari ikhtiar para ulama selama
kurang lebih satu tahun ini, dan telah dibahas oleh para Ulama dari Jawa Timur,
Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera.
"Sabda
Nawacakra ini merupakan hasil ikhtiar para ulama dan menjadi titik awal
bangkitkan budaya nusantara. Setelah ditanda tangani, segera akan diserahkan kepada Presiden Republik Indonesia di Istana Merdeka."katanya.
Selain
itu, menurut Gus Nur bahwa mempersatukan kembali para ulama dengan para
raja/sultan merupakan kilas balik sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dimana para Ulama memiliki tugas berdoa memohon petunjuk kepada
Allah SWT, dan saat memperoleh isyaroh, maka para ulama mendiskusikannya dan
memberikan pandangan pada Raja/Sultan sebagai pemegang tata pemerintahan, namun
saat ini setelah semua menjadi kesepakatan bersama para Ulama dan raja/sultan,
akan diserahkan kepada presiden Republik Indonesia untuk menjadi bahan kajian
dan pertimbangan dalam memimpin tata negara Indonesia.
Gus
Nur juga mengingatkan bahwa anak-anak saat ini merupakan calon pemimpin
kehidupan negara ini, dan dia juga menegaskan, bahwa kita saat ini wajib
hukumnya memberikan warisan budaya yang terbaik pada anak-anak sebagaimana yang
telah diwariskan oleh para leluhur nusantara.
"Setelah penanda tanganan prasasti, para Raja/Sultan dan Ulama melanjutkan kegiatan ruwatan Rajawali di Candi Gedongsongo, Sumowono, Kabupaten Semarang yang akan dilaksanakan besok sabtu, (23/12) sekira pukul 08.00 wib dengan berbagai hiburan." jelas Gus Nur.
"Setelah penanda tanganan prasasti, para Raja/Sultan dan Ulama melanjutkan kegiatan ruwatan Rajawali di Candi Gedongsongo, Sumowono, Kabupaten Semarang yang akan dilaksanakan besok sabtu, (23/12) sekira pukul 08.00 wib dengan berbagai hiburan." jelas Gus Nur.
Di
sisi lain, Kabag Hubal MUI Pusat, Dr.Muslih Nashoha,MA yang turut hadir dalam
sarasehan perumusan dan penandatanganan Prasasti Sabda Nawacakra saat ditemui
suarakpk.com mengatakan, bahwa MUI sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan
positif atas kepedulian Raja/Sultan dan Ulama untuk memperjuangkan
mengembalikan nilai-nilai budaya nusantara yang akhir-akhir ini tergeser oleh
budaya asing, sehingga banyak anak dibawah umur sudah kehilangan rasa malu dan
sopan santun.
“saya
atasnama MUI sangat mengapresiasi atas terlaksananya penandatanganan prasasti
Sabda Nawacakra yang merupakan upaya kepedulian para Yang Mulia Raja/Sultan dan
Ulama untuk mengembalikan nilai-nilai budaya nusantara.” kata Muslih.
Dirinya
juga berharap setelah penandatanganan prasasti bisa untuk terus di
sosialisasikan kepada masyarakat, khususnya kepada lingkungan kehidupan para
raja/sultan masing-masing.
“setelah
penandatanganan ini, kita berharap akan ada tindaklanjutnya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, khususnya di lingkungan kehidupan para Raja/Sultan dan
Ulama di seluruh Nusantara ini.” harap Muslih.
Ket Foto : Imam Supaat saat menandatangani prasasti Sabda Nawacakra
Terpisah, Imam Supaat yang merupakan perwakilan dari budaya kejawen mengatakan, sangat mendukung penandatanganan Prasasti Sabda Nawacakra yang merupakan tonggak awal sejarah pengembalian moral dan budaya Nusantara yang selama ini tergeser oleh budaya asing sehingga melupakan perjuangan para leluhur nusantara yang telah mengorbankan segalanya untuk negara ini hingga merdeka.
"saya
sebagai pemuda sangat mendukung sekali prasasti Sabda Nawacakra yang merupakan
hasil ikhtiar spiritual para kyai dengan alam ini." kata Imam yang juga
menjabat sebagai Pimpinan Redaksi SUARAKPK.
Menurut
Imam, hari jumat ini memiliki nilai tersendiri, selain menjadi nilai sejarah ke
depannya, hari jumat saat ini juga bertepatan dengan hari Ibu.
“hari
ini merupakan hari ibu, dan diperingati oleh semua ibu di seluruh Nusantara,
sekaligus merupakan hari dimana menjadi tonggak sejarah tekad para raja/sultan
dan ulama untuk mengembalikan nilai budaya nusantara yang akhir-akhir ini
semakin jauh dari harapan para leluhur.” ucap Imam.
Pimpinan
Redaksi SUARAKPK yang sekaligus sebagai Ketua Umum Garda Amanah Indonesia ini
terus mengingatkan tentang kehidupan yang akan datang, dimana ahli waris atas
kehidupan sekarang ini adalah anak-anak kita semua.
“satu
hal yang perlu diingat, bahwa anak-anak adalah pewaris pertama akan keadaan
kita saat ini.” pungkas Imam.
(01/red)
(01/red)




Alhamdulillah... Semoga menjadi gerakan yang berkamajuan demi langgengnya budaya Adi luhur
BalasHapus