Mantan Kasat Reskrim Polres Wonogiri Diterbangkan Ke Singapura - SUARAKPK

BERITA HARI INI

Home Top Ad


Iklan BUMN



Penghargaan dari Kedubes Maroko


 

17 Mei 2019

Mantan Kasat Reskrim Polres Wonogiri Diterbangkan Ke Singapura



WONOGIRI, suarakpk.com – Kasat Reskrim Polres Wonogiri, AKP Aditia Mulya Ramdhani yang menjadi korban pengeroyokan saat mengamankan tawuran antara dua kelompok bela diri di Sidoharjo, Wonogiri, Jawa Tengah Kamis (9/5) dini hari yang lalu, masih menderita luka serius dan dalam kondisi tidak sadarkan diri. Setelah seminggu dirawat intensif di ICU RSU Dr Oen Solo Baru, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo mantan Kasatreskrim Polres Wonogiri, AKP Aditya Mulya Ramdhani akhirnya dibawa ke Singapore General Hospital (SGH) untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Mantan Kapolsek Pasar Kliwon itu dibawa ke Singapura menggunakan pesawat khusus melalui Bandara Adi Soemarmo Boyolal, kemarin Kamis (16/5/2019).
Sebelumnya, untuk mengusut peristiwa ini, Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel telah memerintahkan jajarannya untuk memburu dan menangkap pelaku pengeroyokan.
Sementara, menyikapi perintah Kapolda, Kapolres Wonogiri, AKBP Uri Nartanti Istiwidayati mengaku bahwa penyidik Satreskrim Polres Wonogiri telah menangkap lima pelaku pengeroyokan mantan Kasat Reskrim Polres Wonogiri AKP Aditya Mulya Ramdhani. Kapolres mengatakan, setelah diperiksa, kelima pelaku ditetapkan sebagai tersangka.
"Benar kami sudah amankan itu (lima tersangka). Kami masih kembangkan lagi apakah ada tambahan tersangka lagi, sementara kelima tersangka itu sudah ditahan." kata Uri, kemarin Kamis (16/5/2019).
Dijelaskan oleh Kapolres, bahwa musibah yang menimpa anak buahnya, AKP.Aditya bermula saat ada konvoi massa pergurusan silat dari PSHT yang mencari kelompok PSHW. Namun, kelompok PSHW tidak ada kemudian masa menghancurkan tugu. Saat berada di lokasi untuk mengamankan, Aditya tiba-tiba dikeroyok.  Kapolres Wonogiri juga meminta pimpinan dua perguruan pencak silat itu dapat mengendalikan anggotanya di lapangan. Apalagi masing-masing perguruan pencak silat yang memiliki pemimpin dan pengurus yang sudah dituakan.
Mantan Kapolres Pati ini mengatakan, Aditya dibawa ke Singapura untuk pengobatan atas permintaan dan pilihan dari keluarga. Pilihan keluarga itu tentunya didukung dinas maupun pimpinan. Saat hendak diterbangkan ke Singapura, kata Uri, kondisinya masih koma alias tidak sadarkan diri. Empat orang mendampingi Aditya saat diterbangkan ke Singapura.
"Dua orang dari keluarga, satu dokter Biddokes Polda Jateng dan satu anggota dari Polres Wonogiri," kata Uri.
Kapolres berharap, setelah mendapatkan pengobatan di Singapura, Aditya yang pernah bertugas Direktorat Polair Polda NTT di Kupang NTT itu dapat segera sembuh.
"Aditya itu bagian dari keluarga kami. Aditya bukan hanya sekadar rekan kerja tetapi sudah seperti kerabat," kata Uri.
Bahkan, secara spontan, lanjut Uri, rekan-rekan kerjanya menggalang dana di tingkat polres hingga polda. Tak hanya itu, teman-teman seangkatan juga menggalang dana untuk membantu biaya pengobatan.
"Ada juga pimpinan lain di luar polda juga spontan mengulurkan bantuan," ujar Uri.
Sebelumnya, Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel juga telah menjenguk Kasat Reskrim Polres Wonogiri, AKP Aditia Mulya Ramdhani, yang saat ini terbaring di Rumah Sakit Dr Oen Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah.
“Sudah saya perintahkan kepada jajaran untuk memburu pelaku pengeroyokan sampai ketemu, kemudian memprosesnya secara hukum,” kata Rycko usai menjenguk Aditia, beberapa hari yang lalu.
Menurut Rycko, saat ini kondisi Aditia belum sadar sama seperti saat pertama kali dibawa ke rumah sakit. Dari hasil pemeriksaan medis, korban mengalami luka di bagian kepala, kaki, tangan, dan bagian tubuh lain. Luka di kepala merupakan yang paling parah.
“Mudah-mudahan dokter bisa menangani. Kami mohon dukungan dan doa agar bisa diobati dengan baik,” ujar dia.
Ryco menduga Aditia merupakan korban salah sasaran karena saat itu mengenakan pakaian preman, bukan seragam dinas. Massa yang tidak mengenalinya sebagai anggota polisi menyangka dia sebagai penyusup dari kelompok lawan.
“Saat kejadian dia ada di sekitar pom bensin, pakai baju preman. Dia terpisah dengan anggota polisi lain,” jelas Ryco.
Kapolda menambahkan, untuk meredam konflik pihaknya sudah mempertemukan kedua kelompok guna menyelesaikan masalah secara kekeluargaan. Jika hasilnya tidak memuaskan disarankan untuk menempuh jalur hukum.
“Ada hukum yang berlaku. Silakan lapor. Kalau main hakim sendiri seperti ini kan merugikan orang lain, apalagi ini ada polisi yang jadi korban,” ujarnya. (001/pungki/red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT SUARAKPK Ke 9 (2018)