Gunungkidul, Suarakpk.com- Pembinaan abdi dalem kraton Ngayogyakarta Hadiningrat di kabupaten Gunungkidul diselenggarakan di bangsal swoko projo di ikuti oleh 60 orang abdi dalem keprajan pada tanggal 3 November 2025 dihadiri oleh KRT Wijoyo Pamungkas dan KRT Condro Prawiro Yudho.
Dalam pembinaan tersebut KRT Wijoyo Pamungkas memberikan materi tentang Filosofi Jawa yang berlaku di Kraton Yogyakarta, Memayu Hayuning Bawono, adalah nilai luhur untuk menjaga keindahan, keselamatan, dan kesejahteraan dunia, baik lahir maupun batin. Konsep ini menjadi landasan etika dan perilaku yang mencakup hubungan selaras antara manusia, alam, dan Tuhan, serta bertujuan untuk menciptakan keharmonisan melalui toleransi, empati, dan tanggung jawab. Selanjutnya " Mangasah mimi sing budi" secara ringkas adalah falsafah yang mengajarkan pentingnya kecerdasan intelektual dan spiritual yang seimbang, diiringi dengan tanggung jawab moral terhadap lingkungan dan sesama, yang terus relevan dan dipraktikkan di Keraton Yogyakarta.
Kemudian Membasuh malapetaka bumi (bagian lengkapnya adalah memasuh malaning bumi): seruan untuk melestarikan lingkungan, membersihkan diri dari sifat-sifat serakah, dan menghilangkan hal-hal negatif yang merugikan orang lain dan alam.
Dalam melaksanakan tugasnya para Abdi Dalem Keraton Yogyakarta terikat dengan credo Watak Satriya yang dicetuskan oleh pendiri Keraton Yogyakarta, Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I. Diantaranya adalah :
Nyawiji: total, fokus dan selalu berserah kepada Tuhan
Greget: penuh penghayatan & penjiwaan
Sengguh: percaya diri
Ora mingkuh: tidak gentar menghadapi ujian dan hambatan.
Menjadi seorang abdi di keraton bukan berarti akan mendapatkan honor yang tinggi. Alasan utama menjadi Abdi Dalem umumnya adalah untuk mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan batin. Ada juga yang dilandasi oleh rasa terimakasih sudah diperbolehkan tinggal di tanah milik Sultan. Selain itu, faktor lain yang ingin diperoleh dari menjadi Abdi Dalem adalah untuk mendapatkan berkah Dalem. Menurut para Abdi Dalem, ada saja rejeki yang datang dan dapat mencukupi kebutuhan keluarganya setelah menjadi Abdi Dalem.
Seiring dengan perkembangan jaman dimana keraton memerlukan banyak tenaga profesional, dewasa ini banyak Abdi Dalem yang memiliki pendidikan tinggi. Latar belakang pendidikannya beragam, mulai dari bidang seni, hingga komputer dan akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa Abdi Dalem tidak selalu identik dengan orang-orang lanjut usia dan berpendidikan rendah. Abdi Dalem adalah orang-orang yang memiliki wawasan budaya, keahlian sekaligus dedikasi yang tinggi.
Pada akhirnya, keberadaan Abdi Dalem sangat berarti. Tidak saja untuk mendukung keberlangsungan segala aktifitas di dalam keraton, tetapi juga menjadi benteng perilaku pada jaman yang semakin cepat berubah.
Narasumber kedua yaitu KRT Condro Prawiro Yudho menyampaikan abdi dalem Keraton Yogyakarta dibagi menjadi 2 bagian yaitu: Punakawan dan Kaprajan. Abdi Dalem Punakawan merupakan abdi yang berasal dari kalangan masyarakat umum. Abdi Dalem Punokawan adalah tenaga operasional yang menjalankan tugas keseharian di dalam keraton. Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Abdi Dalem Punakawan Tepas dan Abdi Dalem Punakawan Caos. Abdi Dalem Punakawan Tepas mempunyai jam kerja selayaknya pegawai yang bekerja di kantor, sedangkan Abdi Dalem Punakawan Caos hanya menghadap ke keraton setiap periode sepuluh hari sekali. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan tanda hormat dan kesetiaan sebagai abdi.
Abdi Dalem Keprajan adalah mereka yang berasal dari TNI, Polri, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diterima dan diangkat sebagai Abdi Dalem. Pada umumnya Abdi Dalem Keprajan adalah orang-orang yang telah memasuki masa pensiun kemudian mendarmabaktikan waktu, ilmu dan tenaganya untuk membantu keraton secara suka rela tetapi ada yang juga masih aktif dinas.( Gunawan/red)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar