Oleh: Muhammad Takbir Adha
Hari ini, Kabupaten Muna genap berusia 66 tahun. Sebuah usia yang bukan sekadar angka, melainkan catatan perjalanan panjang yang penuh makna,
tentang tanah, sejarah, dan jiwa yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Bumi Sowite, yang dalam diamnya menyimpan ketaatan, ketabahan, dan harga diri yang tak tergoyahkan.
Saya tidak lahir di masa perjuangan,
saya tidak ikut menyusun kemerdekaan,
namun saya adalah bagian dari generasi hari ini,
yang dengan penuh tanggung jawab dititipi tanah ini
untuk dijaga, dibangun, dan diwariskan kembali kepada anak cucu.
Sering saya bertanya dalam hati:
“Fetangku liwu? Apa yang bisa saya berikan untuk negeri ini?”
Bukan sekadar basa-basi, tapi sebuah pertanyaan yang sungguh-sungguh.
Bukan hanya ingin beka dae, ingin terlihat,
tapi ingin menjadi bagian dari piara wuna,
menjaga dan mencintai Muna dengan sepenuh jiwa.
Bumi ini tidak meminta saya untuk menjadi sempurna.
Hanya untuk menjadi anak yang tahu witeno, tahu asalnya,
yang tahu toko-toko, jejak langkah pendahulu,
yang memahami sara, adat,
yang tahu andala, malu jika tidak memberi arti bagi tanah sendiri.
66 tahun telah berlalu.
Waktunya kita kembali ke pandehao wuto — tempat kita berasal.
Bukan untuk bernostalgia,
tapi untuk dapoangka, angka, memulai langkah baru dengan penuh kesadaran.
Bukan hanya memandang langit, tapi dopomasigho, saling menguatkan,
membangun harapan dan kekuatan bersama.
Yang bisa saya berikan adalah ilmu yang terus saya cari,
agar kelak kembali dengan membawa terang,
sebagai bekal membangun bumi ini dengan semangat dan pemahaman.
Yang bisa saya berikan adalah rasa hormat,
pada orang-orang tua yang dengan sabar menjaga warisan budaya ini,
yang menjadi pijakan dan penuntun langkah kita.
Yang bisa saya berikan adalah janji,
bahwa saya tidak akan lupa menjadi anak Sowite,
yang tak sekadar bangga pada kampung halaman,
tapi juga rela berlelah untuknya, demi masa depan yang lebih baik.
Karena sejarah tidak menunggu,
dan masa depan tidak akan datang jika hari ini kita diam.
Selamat Hari Jadi ke-66 Kabupaten Muna.
Semoga kita bukan hanya mencintai Muna dalam kata,
tapi dalam perbuatan, pengorbanan, dan kesetiaan yang tulus.
Fetangka badha, fetangkagho liwu.
(Berpihak pada adat, berpihak pada negeri.) (Udin Yaddi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar