“PETA
JALAN INDONESIA 1945 – 2080, KOTAK PANDORA, KEADILAN DAN ADIDAYA - SAPU JAGAT
NUSANTARA
Oleh:
dr.
ALI MAHSUN, M. BIOMED.
Ketua
Umum DPP APKLI Periode 2017 -2022
Presiden
Rakyat Kecil (Kawulo Alit) Indonesia
Disampaikan
di Gedung Joeang Jl. Menteng Raya Jakarta
Kamis,
24 Januari 2019
Ass.
Wr. Wb.
Selamat
siang, salam sejahtera untuk kita semua,
Salom,
Om Santi Santi Om, Sancai, Rahayu.
Yang
terhormat,
Segenap
rakyat dan bangsa Indonesia, segenap pelaku ekonomi rakyat kecil, PKL, Petani, Nelayan,
Buruh, TKI, Abang Ojek, Abang Becak, Sopir, Pemulung, Pengamen Jalanan, Pekerja
Rumah Tangga, dan Pelaku Ekonomi Rakyat Kecilyang Lain.
Yang
saya cintai dan saya banggakan,
Generasi
penerus bangsa kita, yang masih ditingkat sekolah play group, TK, pelajar,
mahsaiswa dan pemuda Indonesia dimanapun kalian berada.
Yang
saya hormati, tokoh, agama, tokoh adat, tokoh budaya, tokoh peradaban diseluruh
tanah air, para pejabat dari presiden hingga kepala desa dan lurah.
Khususnya
para hadirin dan undangan yang saya muliakan.
Marilah kita selalu mensyukuri anugerah Tuhan yang Maha Kuasa, Allah Swt.,
hanya atas kehendak dan ridho-Nya lah pada siang berbahagia ini, ditempat yang
sangat bersejarah, tempat dimana para pemuda Indonesia memutuskan Soekarno
harus diculik untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia 17
Agustus 1945, Gedung Joeang 45 Jakarta, Kamis, 24 Januari 2019 kita semuanya
hadir ditempat ini, tentunya segenap rakyat dan bangsa Indonesia dimana pun
berada memiliki harapan dan tujuan yang sama. Pada hari ini kita ingin
menyampaikan kepada seluruh pemangku republik, baik pemerintah mau pun lembaga
non pemerintah, baik swasta nasional mau pun swasta asing yang ada di Indonesia
bahwa Indonesia merupakan sebuah negara bangsa yang besar, sangat kaya raya,
dan memiliki peran strategis dalam kancah kehidupan dunia sejak nenek moyang
leluhur kita.
Sebelum saya menyampaikan Pidato Kebangsaan yang saya beri tajuk: “Peta Jalan
Indonesia 1945 – 2080, Kotak Pandora, Keadilan, dan Adidaya Sapu Jagat
Nusantara”, selaku Ketua Umum DPP APKLI, selaku Presiden Rakyat Kecil (Kawulo
Alit) Indonesia, saya mohon izin untuk menukil dua (dua) hal mendasar ditengah
ketidakpastian tata kelola bangsa dan negara kita untuk menuju yang lebih baik
di masa-masa mendatang.
Pertama,
saya ingin menyampaikan apa yang diwasiatkan Raden Wijaya, Pendiri dan Raja
Majapahit yang pertama kepada putranya Jayanegara sebelum beliau wafat.
Raja itu, Presiden itu, Pemimpin itu memiliki semua kewenangan namun tidak
boleh sewenang-wenang. Karena masih ada yang membatasi, yaitu hukum Sang Maha
Agung Yang Maha Kuasa yang tidak bisa disiasati, juga tidak bisa dibohongi.
Karena tidak akan pernah ada Raja, tidak akan pernah ada Presiden, tidak akan
pernah ada Pemimpin tanpa keberadaan rakyat dan bumi alam semesta yang dipimpin
seorang Raja atau Presiden. Kedua, Pemimpin itu seharusnya menjadi
suritauladan, menjadi contoh bagi yang dipimpin. Pemimpin itu harus ada digarda
depan ketika rakyat dan bumi yang dipimpin menghadapi sebuah persoalan yang
sangat yang berat dan kompleks. Bukan sebaliknya, berfoya-foya di atas
kesengsaraan dan penderitaan rakyat dan bumi alam semesta. Ada satu hal yang
harus kita garis bawahi. Salah satu akar yang menyebabkan manusia mampu bertahan
dimuka bumi, apa pun kondisinya, bagaimana pun situasinya, yaitu optimisme.
Manusia atau suatu bangsa yang tidak memiliki optimisme maka bangsa itu
terancam akan punah dari muka bumi yang kita cintai bersama.
Pidato
Kebangsaan yang akan saya sampaikan merupakan sebuah akumulasi perjalanan 49
tahun saya hidup dibumi dan dinegeri tercinta Indonesia. Sebuah pertautan
antara pengalaman hidup, pembelajaran, serta keyakinan hati saya bersama Tuhan
Allah Swt. Sebuah pandangan saya secara pribadi dan obyektif terkait dengan
makna terdalam dari simbol yang ada di Perisai Garuda Pancasila. Peta Jalan
Indonesia hingga 2080 ini kita sampaikan, tidak ada tujuan dan maksud yang lain
kecuali, ingin membangun dan membangkitkan optimisme, memberikan sebuah harapan
hidup agar rakyat dan bangsa kita tetap semangat bekerja dan berjualan untuk
menafkahi keluarga dan mensekolahkan anak-anak generasi penerus bangsa kita
ditengah ketidakpastian hari ini dampak dinamika perkembangan politik dan
demokrasi di negeri ini. Atas hal tersebut, Pidato Kebangsaan ini harus saya
sampaikan. Jikalau ada yang tersinggung atau sakit hati saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
PETA JALAN (01) PENATAAN INDONESIA 1945 -
1966
Peta
Jalan Indonesia yang pertama (01) dari 17 Agustus 1945 hingga tahun 1966, saya
sebut sebagai Peta Jalan Penataan Indonesia. Dalam Perisai Garuda Pancasila
disimbolkan dengan Kepala Banteng, Dasar Warna Merah. Warna merah itu keras,
cadas, penuh pergolakan, serta simbol keberanian dan ketegasan. Banteng itu adalah
lembu yang liar walau pun lembu memiliki kecenderungan untuk bersatu.
Di
peta jalan ini dipimpin oleh Ir. Soekarno, Sang Proklamator, Presiden RI
pertama. Soekarno hadir diturunkan Tuhan sesuai dengan kebutuhan Indonesia yang
harus menghadapi berbagai persoalan yang berat. Baik persoalan luar negeri
untuk perjuangkan pengakuan kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia dari dunia
internasional. Begitu juga, sebagai negara yang baru merdeka, berbagai kelompok
kepentingan di dalam negeri bahkan 120 kerajaan dan kasultanan harus mampu
disatukan Soekarno sebagai bagian tidak terpisahkan dari NKRI. Soekarno tampil
sukses memimpin Peta Jalan Penataan Indonesia. Bahkan mampu menyelenggarakan
Konferensi Asia Afrika (KAA) Tahun 1955 di Bandung dan GANEFO tahun 1962 di
Jakarta.
Namun
bukan berarti tanpa sebuah pergolakan. Ada 10 kali pergantian Perdana Menteri
dari 1945 hingga 1950. Juga banyak terjadi pemberontakan semisal PRRI,
Permesat, DI/TII dan lainnya. Karena dinamikan politik semakin hari semakin
tidak terkendaliakhirnya Soekarno mengambil jalan pintas, 5 juli 1959 keluarkan
Dekrit Presiden RI, Pembubaran Badan Konstituante dan kembali ke UUD 1945. Kita
juga tahu bersama, era ini bukan era pembangunan, juga bukan era yang
memfokuskan diri untuk meningkatkan kesejahteran rakyat. Semua energi dan
sumber daya bangsa negara difokuskan untuk pengakuan dunia internasional
terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia, serta mempersatukan semua
elemen, kepentingan dan kelompok bangsa khususnya 120 kerajaan dan kasultanan
se nusantara. Oleh karena itu, pada Peta Jalan Penataan ini ekonomi Indonesia
semakin hari semakin merosot bahkan infalasi hingga 500%.
Yang
ingin kita petik adalah nasionalisme, patriotisme, rasa cinta dan bangga kepada
Indonesia menjadi harga mati kalau kita ingin mengantarkan Indonesia menggapai
cita-cita Pembukaan UUD 1945. Apa yang dilakukan Soekarno selama 21 tahun dari
1945 – 1966 harus dibayar dengan ongkos yang mahal. Sekitar 4,5 juta penduduk
Indonesia jadi korban G30SPKI 1965, dan bermuara pada pengalihan kekuasaan ke
Peta Jalan Indonesia yang kedua (02). Ini harus menjadi pembelajaran karena
situasi dan kondisi bangsa negara kita di era reformasi ini tidak jauh berbeda
bahakan lebih parah dibandingkan era Soekarno.
PETA JALAN (02) PEMBANGUNAN INDONESIA 1966
– 1998
Peta
Jalan Indonesia yang kedua (02) saya sebut sebagai Peta Jalan Pembangunan
Indonesia. Soeharto memimpinnya dalam kurun waktu 32 tahun dari 1966 – 1998.
Soeharto belajar dari perjalanan Indonesia selama 21 tahun dari kemerdekaan
1945 – 1966. Dimana kondisi rakyat semakin miskin, ekonomi Indonesia semakin
merosot. Atas landasan tersebut Soeharto menjadikan stabilitas politik sebagai
prasyarat memimpin Indonesia. Tanpa stabilitas politik pembangunan apa pun
tidak akan berjalan efektif, tidak berdampak terhadap kesejahteraan rakyat.
Di
Perisai Garuda Pancasila disimbolkan pohon beringin, warna dasar putih. Pohon
beringin itu mengayomi, melindungi, dan mengutamakan rakyat dibawah untuk
menuju sejahtera. Memiliki akar tunggal dan akar-akar cabang yang sangat kuat,
serta memiliki kekuatan yang mampu wujudkan apa yang diharapkan. Soeharto
memiliki keinginan kuat ekonomi Indonesia segera bangkit, kesejahteraan rakyat
segera meningkat. Dan itu terbukti dalam waktu tidak lama inflasi dari 500%
menjadi 10 % dan pembangunan berjalan baik. Bahkan mampu antarkan Indonesia
menjadi salah satu kekuatan ekonomi di asia pasific.
Karena
stabilitas politik jadi prasyarat Soeharto memimpin maka setiap ada aspirasi
berbeda dikanalisasi. Semakin banyak yang berbeda maka Soeharto harus
menyediakan kanalisasi yang memadai. Pergolakan politik pun nyaris tidak ada.
Kalau istilah kawan-kawan aktifis, era Soeharto disebut sebagai era
pembungkaman ekspresi publik. Namun menurut pandangan saya, ini bertitik tolak
dari sebuah keyakinan seorang pemimpin bahwa stabilitas politik itu menjadi
prasyarat mutlak pembanungan disemua dan disegala lini kehidupan. Namun
demikian, kapasitas mengkanalisasi juga ada batasnya. Akhirnya seperti yang
kita saksikan, Tragedi 12 Mei 1998 Penembakan Mahasiswa Trisakti berujung
berhentinya Soeharto sebagai Presiden RI. Pengalihan Kekuasaan ke Peta Jalan
Indonesia ketiga (03) tidak terlalu mahal ongkosnya, tidak sampai satu (1) juta
penduduk yang jadi korban.
PETA JALAN (03) KOTAK PANDORA INDONESIA
1998 – 2024
Pengalihan
kekuasaan dari era Soeharto atau Peta Jalan (02) Pembangunan Indonesia ke Peta
Jalan Indonesia yang ketiga (03), saya beri nama Peta Jalan Kotak Pandora
Indonesia 1998 - 2024. Di Perisai Garuda Pancasila disimbolkan Rantai dengan
dasar warna merah. Tidak ubahnya seperti era Soekarno, cadas, keras dan penuh
pergolakan.
Mengapa
demikian? Di era inilah, bangsa dan negara kita dikelola di atas bara api
dendam, dimana antar elit politik saling membuka aib, saling pasang kuda-kuda
dan saling membunuh. Hal ini akibat dari elit era Soekarno, era Soeharto, era
Reformasi ditambah adanya kecenderungan melinial disupport teknologi komunikasi
dan informasi menjadi satu saling berebut kendurian RI. Seluruh keburukan
atau hal yang tidak baik dimasa lalu terbuka karena dibuka oleh masing-masing
elit yang saling berhadapan. Saya berkeyakinan akan terbuka secara
keseluruhan paling lambat atau sekitar tahun 2024. Kalau ini sampai terjadi,
kalau Presiden RI 2019- 2024 tidak memiliki komitmen yang kuat cinta kepada
rakyat, bangsa, dan negaranya, Indonesia berada pada resiko yang paling
berbahaya selama perjalananya sejak merdeka 17 Agustus 1945.
“Wakil
Ketua DPR RI, Fahri Hamzah di salah satu ILC TV One pernah menyampaikan: ‘Mau
dibawah kemana republik ini. Kalau seperti ini maka diantara kita akan saling
memakan”.
Rakyat
semakin susah akibat tidak ada yang serius berpihak kepada kepentingan rakyat
dan bangsa. Bahkan harkat dan martabat kemanusian semakin hari semakin
ditanggalkan. Hak-hak rakyat, hak politik, hak ekonomi, hak budaya, hak untuk
mendapat penghidupan yang layak semakin hari juga semakin ditanggalkan. Hanya
di Indonesia, satu-satunya didunia, penyelenggaran Pileg dan Pilpres RI secara
langsung dan bersamaan ada Presidential treshold yang diatur dalam UU Pemilu.
Sebuah pengibirian, serta kanibalisme demokrasi dan hak politik
rakyat. Bahkan sampai hari ini, saya belum pernah mendengar adanya kemauan
kuat para elit politik dalam Pemilu RI 2019 membela dan berpihak ke rakyat,
membela bangsa dan berpihak kepada negara. Yang ada hanya ambisi untuk berkuasa
dan berkuasa.
Pada
Peta Jalan kotak Pandora sarat akan pergolakan politik. Ada 7 Presiden RI yang
memimpin Indonesia dari 1998 - 2024. Yaitu, 1). Habiebie hanya hanya 18
bulan memimpin Indonesia dengan tumbal Timor Timur lepas dari RI, 2). Gus
Dur terpilih jadi Presiden RI melalui SU MPR RI Tahun 1999 - 2004, namun baru21
bulan memimpin Indonesia dilengserkan melalui SI MPR RI Tahun 2001, dan
digantikan, 3). Megawati Soekarno Putri 2001 - 2004, 4). SBY menjabat dua
periode, 2004 – 2009 dan 2009 – 2014, 6). Jokowi 2014 - 2019, dan yang ke 7).
Tergantung hasil Pilpres RI 17 April 2019.
Dan
yang paling membahayakan adalah terjadinya konflik horizontal antar warga
negara. Kalau di era Soekarno dan Soeharto kita belum menyaksikan konflik
horizontal hingga ke akar rumput keculai G 30S PKI tahun1965. Hari ini, banyak
setting global yang bertujuan memecah belah bangsa dan negara kita. Sudah kerap
terjadi konflik berbasis etnis semisal polemik kepemimpinan dan kasus Basuki
Tjahaya Purnama (AHOK), namun tidak berdampak apa pun. Beberapa waktu lalu
menantu Habib Riziq dicegat temen-temen Manado, konflik antar agama juga tidak
berdampak. Namun ancaman konflik besar yang paling berbahaya bagi Indonesia
saat ini hingga lima tahun memdatang adalah konflik antar antar umat Islam.
Semisal Kasus “Kalimat Tauhid” di Garut atau Sukabumi membawa Indonesia
mencekam laksana besok mau perang saudara selama 2 minggu. Yaitu antara umat
Islam yang disebut ‘Islam Nusantara’ dengan “Islam yang disebut 212”. Konflik
antar umat Islam inilah yang semakin masif dan menjadi sebuah hal yang sangat
berbahaya lima tahun mendatang. Kalau G 30S PKI itu konfliknya localized,
yang banyak komunis banyak korban. Tapi kalau konflik antar umat Islam akan
terjadi secara sistemik diseluruh tanah air.
PETA JALAN 04 KEADILAN 2024 – 2060
Namun,
saya berkeyakinan dibalik Kotak Pandora itu, ada mutiara dan harapan besar.
Yaitu adanya sebuah kesadaran yang sangat besar mengambil hikmah perjalanan
panjang Indonesia dari 1945 hingga 2024 dari tingkat pemimpin tertinggi hingga
kepala desa dan lurah. Menyadari sepenuhnya ada tiga (3) hal yang belum
terwujud di bumi dan dalam tata kelola bangsa dan negara kita. Yaitu pemimpin
kita, pertama, tidak selalu menghadirkan keberadaan Tuhan pada dirinya, kedua,
tidak selalu menghadirkan rakyat dan bumi tanah air pada dirinya, dan ketiga,
selalu mednorong seakan-akan Indonesia hadir atau lahir di era reformasi. Tidak
pernah melestarikan, tidak pernah mengambil hikmah bahwa Indonesia merdeka 17
Agustus 1945 itu bukan seketika jatuh dari langit, tapi melalui sebuah
perjalanan yang sangat panjang. Dari pengalihan dari Majapahit ke Demak,
Portugis masuk, akhirnya dijajah Belanda 250 tahun dan dijajah Jepang 3,5
tahun.
Oleh
karena itu, dari tahun 2024 hingga 2060, Indonesia saya yakini Indonesia
memasuki Peta Jalan Indonesia ke-empat (04), yaitu Peta Jalan Keadilan yang
disimbolkan Padi Kapas, warna dasar putih pada Perisai Garuda Pancasila. Padi
Kapas maknanya sandang, pangan dan pangan rakyat terpenuhi secara adil, dan
didadasri warna putih, sebuah sentuhan kesucian. Akan hadir diturunkan Tuhan
Pemimpin besar, sejati dan ksatria 2024 – 2029 yang berani melakukan revolusi
tata kelola bangsa dan negara walau jabatannya terancam tidak diduduki lagi.
Sosok pemimpin yang semua hidup dan dimilikinya dihibahkan secara tulus dan
ikhals dengan komitmen besar untuk kepentingan rakyat, bangsa dan negaranya.
Yang selalu menghadirkan Tuhan, rakyat dan bumi tanah air dan mampu membawa
Indonesia yang dicita-citakan. Lebih dari itu, apa yang tidak terjadi pasca
Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, yaitu mengundang dan bersilaturrahim
dengan raja dan sulthan seluruh tanah air bahkan se nusantara, yang seharusnya
Bung Karno dan Bung Hatta sesaat setelah Indonesia merdeka.
Saya
pernah ke Kasultanan banten di Serang, dan ada pernyataan Sultan banten yang
menggelitik beberapa waktu lalu, “Kami Kasultanan Banten belum pernah
menyerahkan wilayah Kasultanan Banten kepada RI. Saya juga membaca di media,
Kerajaan Siak mengungkit-mengungkit perannya dalam membangun Indonesia, pernah
membantu RI kalau dikalkulasikan hari ini sebesr Rp. 1000 trilyun. Hal yang
sama juga terjadi disemua Kerajaan dan Kasultanan diseluruh tanah air.
Paling
tidak ada empat (4) revolusi tata kelola bangsa dan negara yang akan dilakukan
Presiden RI 2024 – 2029. Revolusi pertama, mengambil jalan berani untuk kembali
kepada Pancasila dan UUD 1945 hasil BPUPKI 18 Agustus 1945. Karena baik era
Soekarno mau pun era reformasi, pergolakan politik terjadi akibat perubahan
konstuitusi RI. Revolusi yang kedua, mengumpulkan Raja dan Sultan se Nusantara
untuk mengambil keputusan yang terbaik untuk Indonesia. Apakah kembali seperti
era majapahit abad XXIV atau era Sriwijaya abad VII? Karena di dua era tersebut
Nusantara mengalami kejayaan. Bahkan Majapahit mampu menjadi negara adidaya.
Kalau diputuskan kembali ke sistem kerajaan maka Presiden RI otomatis menjadi
Perdana Menteri atau Mahapatih. Juga banyak fakta, semisal di Malaysia yang
berbentuk kerajaan. Beberapa waktu yang lalu, saya ke Malaysia didampingi
Sekjen DPP APKLI, Deny Adam Hakim. Saya tanya ke saudara kita pemilik rumah
makan padang di Malaysia, juga PKL di emperan atau di kios di Kuala Lumpur,
atas nama siapa usahanya? Mereka menyampaikan, di Malaysia ini, walau pun kita
yang menyewa tapi tidak boleh tanah mau pun gedung atas nama warna negara
asing. Ternyata di Malaysia seluruh tanah dan kekayaannya tidak boleh diatas
namakan warga negara asing. Demikian pula di Arab Saudi dan Negara-negara
persemakmuran.
Revolusi
ketiga, selalu menghadirkan Tuhan, rakyat dan bumi nusantara dalam tata kelola
bangsa dan negara. Dalam kurun waktu 36 tahun di Peta Keadilan, seluruh
perangkat, seluruh hak-hak rakyat dan bangsa terpenuhi secara adil. Beragama
pun tidak hanya di KTP namun sungguh-sungguh dan konsekwen, menjalankan ajaran
agama dan kepercayaannya masing-masing.
Beberapa
waktu lalu saya ke Bali, dalam perjalanan saya naik grap selama 1,5 jam. Sopirnya
bisa diajak diskusi dan bertanya ke saya, Pak Dokter kenapa negara kita seperti
ini?. Melalui diskusi panjang, dia menyimpulkan dengan menkloning apa yang
terjadi di Bali. Di Bali ini kehidupan kami adem, ayem, tentrem, kertorahardjo.
Di Bali itu agama dijalankan dan diwujudkan dalam kehiduoan seharai-hari. Semua
peninggalan leluhur, budaya dan peradaban dirawat dengan baik. Satu-satunya
Propinsi yang hari ini yang tidak pernah bergejolak dari 34 Propinsi di
Indonesia adalah Bali.
Sedangkan
revolusi ke-empat, seluruh isi bumi dan kekayaan alam di negeri ini akan
dikembalikan menjadi milik negara,serta menjadi milik seluruh rakyat dangsa
Indonesia. Hari ini yang kita saksikan, baik di era orde lama, orde baru, dan
orde reformasi, kekayaan bumi alam Indonesia yang seharusnya untuk memakmurkan
rakyat, dijadikan alat memperkaya diri sendiri, serta memperkuat kelompok dan
golongannya, dan akhirnya jatuh ke tangan bangsa asing. Ini ada Ketua DPW APKLI
Prop. Jambi, Adhi putra Syaga, Juni 2011, saya pernah ke Merangin Jambi, saat
itu tanah sepanjang Kota Jambi sampai Merangin masih dimiliki rakyat. Pada
tahun 2013, saya ke Merangin lagi, tanah sepanjang Kota Jambi – merangin
tersebut sudah di kapling jadi milik bangsa asing. Siapa yang salah? Saya tidak
pernah menyalahkan bangsa asing. Saya juga tidak anti asing. Kalau ditelisik
secara mendetail dan mendalam, yang menjual adalah bangsa kita sendiri. Bahkan
seluruh perangkat di republiik saat ini dikendalikan kekuatan super kapitalis
dan di era revolusi industri 4.0.
Kita
juga harus contoh Korea tatkala 1998 mengalami krisis seperti Indonesia. Korea
krisis hanya 6 bulan, kemudian bangkit dan ekonominya maju pesat. Karena
Presiden Korea berani memanggil para konglomerat ke Istana. Presiden RI berani
bersikap seperti Presiden Korea. Tidak diperintah untuk kembalikan kekayaan ke
negara, melainkan cukup kekayaan para konglomerat Indonesia atau dikenal dengan
9 naga bumi dipinjam negara dimasukkan ke kas negara supaya devisa dan posisi
tawar tawar Indonesia naik, serta untuk meutar ekonomi rakyat. Korea hanya
butuh waktu 6 buln untuk bangkit dari krisis ekonomi 1998. Indonesia???
Demikian pula, Indonesia tidak akan terjadi apa-apa ketika diterjang himpitan
ekonomi seberat apapun. Karena apa pun ditanam di Indonesia akan tumbuh hijau
royo-royo. Semakin cepat asing hengkang dari Indonesia, semakin cepat Indonesia
menggapai cita-citanya.
Seluruh
hutang Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun di era Peta Jalan Keadilan akan
lunas, yaitu pada tahun 2034. Masyarakat adil dan makmur akan dicapai pada
tahun 2060.
PETA JALAN (05) ADIDAYA 2060 – 2080.
Setelah
pemimpinnnya setiap hari sholat. Rakyatnya yang kristen setiap minggu ke
gereja. Yang hindu, budha, konghocu, penghayat kepervayaa, masing-masing
menjalankan agama dan kepercayaannya secara baik dan betul, bukan hanya di KTP,
maka Indonesia masuk di Peta Jalan kelima Tanpa ada gejolak atau pergolakan
politik, yang saya sebut sebagai Peta Jalan Adidaya. Disimbolkan Bintang
Keemasan, warna dasar hitam di Perisai Garuda Pancasila.
Di
era inilah, ideologi Pancasila dari sila 1 sampai sila 5 akan dipakai dan
diterapkan disebagian besar negara bangsa asing. Di erah inilah Indonesia akan
tampil menjadi negara adidya diantara amerika china rusia dan lainnya sampau
tahun 2080.
Setelah
tahun 2080, saya yakin ada pergolakan dunia, yaitu perang dunia ketiga. Dan
indonesia tidak dilibatkan karena berada di zamrud katulistiwa. Saya haqqul
yakin, dan diberbagai kesempatan sudah saya sampaikan bahwa Indonesia tidak
akan dibubarkan oleh kepentingan global dengan serangan militer. Beberapa waktu
lalu saya dapat pencerahan dari Laksamana TNI (Purn.) Slamet Soebijanto bahwa
Indonesia berada di zamrud katulistiwa, kekayaan Indonesia baik yang dibumi dan
dilautan akan menjadi jaminan kehidupoan seluruh umat manusia di dunuia. Oleh
karena itu, Indonesia tidak akan pernah disetup bubar dengan serangan militer
sebagaimana Timur tengah yang terjadi hari ini.
PILPRES RI 2019
Terkait
dengan seputaran Pemilu RI Tahun 2019 khususnya Pilpres RI 2019 perlu saya
jelaskan walau keluar dari tajuk Pidato Kebangsaan ini. Sembari juga menjawab
apa yang disampaikan Bapak Ali Akbar Soleman Batubara, Pimred Harian terbit dan
DR Maria Zuraida, Dosen Kriminologi UI Jakarta. Kami tidak ada kepentingan,
siapapun yang terpilih jadi Presiden RI 2019 – 2022 hasil pada Pilpres RI 17
April 2019. Mau Jokowi atau Prabowo, bagi PKL dan rakyat kecil kawulo alit
tidak ada kepentingan. Karena kepentingan kita hanya satu, turun gunung perang
gerilya mendampingi pelaku ekonomi rakyat kecil kawulo alit. Olah karena itu,
saya pasti tagih janji Sdr. Irfan Matftuh, Ketua Umum Forum Mahasiswa Pemuda
Kota Se Indonesia (FMPKI) dan Janji Ketua Umum Dewan Agung GMPRI, Datuk raden Hajaruddin Al nusantara
yaitu memberikan jaringan mahasiswa dan pemuda se Indonesia bersama APKLI turun
gunung mendampingi rakyat agar rakyat tetap optimisme, tetap memiliki harapan
hidup, dan dengan kesadaran penuh dalam hati tetap bekerja dan berjualan
menafkahi keluarga dan mensekolahkan anak-anak generasi bangsa kita. Jadi
kalau ditanya 01 atau 02 pada Pilpres RI 2019? Kami bicaranya pasca Peta Jalan
(03) Indonesia – pasca Peta Kotak Pandora. Kita hanya ingin mengantarakan
rakyat, bangsa, dan negara ini untuk memasuki Peta Jalan Keadilan (4) dengan
sebuah resiko sekecil-kecilnya.
Oleh
karena itu, saya tegaskan kembali pada hari ini, yang akan menjadi juru selamat
Indonesia bukan elit politik, bukan Presiden RI, Bukan Ketua DPR RI, Bukan
Ketua MK RI, bukan Ketua KPK RI. Yang akan jadi juru selamat Indonesia adalah
rakyat kecil kawuloalit Indonesia. Siapa mereka? Mereka adalah Pedagang kecil
(PKL), petani, nelayan, tukang becak, ojek, sopir, pemulung dan pengamen
jalanan dan lainnya yang secara ekonomi belum dapat keberuntungn selama
Indonesia merdeka hampir 74 tahun. Karena negara ini tidak pernah serius
ngurusi, berpihak dan komitmen terhadap ekonomi rakyat. Yang kedua siapa
mereka? Yang hari ini masih di kandungan, Playgroup, TK, pelajar, mahasiswa dan
pemuda. Kepentingan kita yang kedua adalah membangun optimisme, membangun
semangat rakyat dan bangsa ini untuk tidak terpengaruh tidak terprovokasi
dinamika Pemilu 2019 yang semakin tidak berkualitas, yang semakin mendorong
perpecahan bangsa. Kita tidak ingin hanya gara-gara Pilpres RI 2019 Indonesia
terbelah. Kita juga tidak ingin gara-gara Pilpres RI 2019 akhirnya ada konflik
horizontal. Saya terus lakukan keliling nusantara sampai mengantarkan rakyat
dan bangsa ini hingga tahun 2024. Kita dampingi rakyat, semampu yang bisa kita
perbuat. Karena asing saat ini melototi dan mentargetnya perekonomian rakyat
kecil direnggut dan dicaplok semena-mena. Dan yang harus diselamatkan,
diamankan adalah bank data ekonomi rakyat dan bangsa ini, jangan sampai dijual,
jangan sampai dicuri oelah kekuatan asing.
Oleh
karena itu, kita harus bersama-sama untuk menyelamatkan dan mengembalikan
Indonesia sebagai negara dan bangsa yang besar, kaya raya dan unggul di dunia.
Jangan pernah takut hidup ini kecuali kepada Tuhan. Jangan pernah takut dengan
naga bumi karena masih ada naga langit yang maha dahsyat. Oleh karena saya
minta kepada minta kepada seluruh elemen dan komponen bangsa, jaga harkat
martabat bangsa kita, jaga harkat martabat kemanusian kita, jangan mudah jadi
pecundang dan pelacur dibumi Indonesia.
Pada
kesempatan mulia ini, selaku Ketua UMUM DPP APKLI, selaku Presiden Rakyat Kecil
Kawulo Alit Indonesia, hari ini, di gedung Joeang Jakarta, Kamis 24 Januari
2019 minta dengan hormat, dengan penuh rendah hati; yang pertama kepada 25,1
juta PKL diseluruh tanah air, yang kedua kepada pelaku ekonomi rakyat kecil
kawulo alit, petani nelayan ojek becak ojek sopir dan yang lain tetap bekerja,
tetap berjualan untuk menafkahi keluarga dan sekolahkan anak-anak kita. Kepada
mahasiswa dan pemuda Indonesia untuk kuliah, beraktifitas, dan menyiapakan diri
menjadi generasi penerus bangsa yang unggul dan handal hadapi revolusi industri
4.0.
Demikian
apa yang saya sampaikan, dan Pidato Kebangsaan ini saya dedikasikan untuk
Harlah APKLI Ke 26, tepatnya tanggal 29 Januari 2019, lima hari lagi. Semoga
memberikan kemanfaatan bagi rakyat, bangsa, merah putih dan NKRI dibumi
Nusantara Indonesia, amin
Selamat
sore, salam sejahtera,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar