Maha Karya Lukisan Pangeran Diponegoro Menangis Dipamerkan - SUARAKPK

BERITA HARI INI

Home Top Ad


Iklan BUMN



Penghargaan dari Kedubes Maroko


 

31 Januari 2019

Maha Karya Lukisan Pangeran Diponegoro Menangis Dipamerkan


YOGYAKARTA, suarakpk.com - Astuti Kusumo kembali unjuk karya dalam pameran Sastra Rupa Gambar Babat Diponegoro yang akan di gelar 1- 4 Februari 2019 mendatang,  pameran yang diselenggarakan oleh Paguyuban Trah Diponegoro bersama Jogja Gallery yang rencananya dibuka oleh Moentaryanto Poentoaminoto AO (Pecinta Seni). Kurator. Dr. Mike Susanto. Dalam pameran ini mengacu pada  naskah penting yang dikerjakan sendiri oleh Diponegoro, pada saat diasingkan di Manado, 1831 sampai 1832. Naskah ini kemudian disebut sebagai "Babad Diponegoro".
Pameran digagas untuk menyosialisasikan "Babad Diponegoro." dan sebagai media sosialisasi babad karena memiliki berbagai fungsi, baik sebagai sebuah media yang mudah dicerna oleh banyak orang, maupun sebagai sarana untuk “bertemu langsung” secara visual dengan sang tokoh, meskipun melalui imajinasi para pelukis.
Terpilihnya "Babad Diponegoro" sebagai “Memory of the World” pada 2013 oleh UNESCO menyebabkan sejumlah kalangan memiliki keinginan untuk menghidupkannya secara terus-menerus. "Pameran ini menyediakan diri sebagai sarana untuk mengingat, mempelajari, mengidentifikasi serta mengimajinasikan segala hal yang terkait dengan Diponegoro. Jadi dapat dikatakan bahwa pameran ini menyajikan lukisan-lukisan “nyata”, berdasarkan biografi sang pangeran." tandas Mike kepada suarakpk.com beberapa hari yang lalu, sabtu (26/1) saat persiapan pameran di Jogja Galery.
Menurut Mike, bahwa dalam pameran ini disajikan sejumlah 50 kisah yang diambil dari "Babad Diponegoro" yang memiliki lebih dari 100 Lukisan Pangeran Diponegoro Menangis pupuh dalam 1000 halaman. Ke-50 kisah tersebut lalu dimanifeskasikan oleh 51 pelukis kontemporer Indonesia ternama. Artinya setiap pelukis mendapat 1 kisah. Dengan demikian tergambar bahwa pameran ini berkeinginan dan bertujuan untuk memberi rangsangan pada semua pihak untuk mengingat mengenai sosok Diponegoro berdasarkan kisah yang telah ditulisnya sendiri, secara berurutan.
Sementara, pada karya non-realistik Astuti Kusumo, yang melukiskan Pangeran Diponegoro tengah menangis, sangat terpukul dikelilingi prajuritnya saat mendengar kabar gugurnya sang Paman Ngabehi Joyokusumo yang sekaligus gurunya beserta dua putranya dan Atmokusumo di Sengir sebuah perbukitan di pegunungan Menoreh Selatan. Warna biru harmonis ini mengundang indahnya rasa dan kekaguman. Totalitas Astuti Kusumo dalam mengejawantahkan pupuh nomor 37 dalam babat tersebut,
Dikatakan Astuti, ada tantangan dalam melukisan adegan Pangeran Diponegoro.
"saya berharap bisa menterjemahkan dengan bahasa tutur dan narasi secara representatif. Dengan menegaskan kembali mengkomunikasikan pengalaman masa lalu dan suasana batin pangeran Diponegoro pada konteks sekarang dengan nilai nilai intelektual, emosional, religius dan berpesan moral." jelasnya.
Ditambahkannya, kesemuanya ini perlu kajian yang mendalam dan melakukan riset degan membaca buku buku sejarah tentang Pangeran Diponegoro, melakukan wawancara degan keluarga keturunan diponegoro, selain itu, perlu juga melakukan ziarah kubur ke makam Joyokusumo yang (mustokonipun) sumare di makam banyusumurup, sedang raga badan pangeran Joyokusumo di makamkan di kulonprogo.
"Saya mengundang semua sedulur dari semua kalangan untuk hadir dan mengapresiasi pameran ini, semoga menggugah semangat juang seperti kisah satria sejati Pangeran Diponegoro" pungkas Astuti. (sukoco/red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT SUARAKPK Ke 9 (2018)