JAKARTA, suarakpk.com - Persatuan Pewarta Warga Indonesia
(PPWI) dan Sekber Pers Indonesia, mendesak Kapolri untuk mencopot Kapolda Sumatera
Utara, pasalnya, dua lembaga ini prihatin dan mengecam keras program
kriminalisasi wartawan dan warga masyarakat yang dilakukan oleh oknum Kapolda
Sumut karena pernyataan dan/atau tulisan yang disampaikan oleh warga tersebut
yang menilai Kapolda mereka tidak becus bekerja dan patut dicopot.
"Salah satunya, terkait
dengan kasus penanahan wartawan atas nama Muhammad Yusro Hasibuan di Kabupaten
Batubara, Sumatera Utara sebagaimana banyak diberitakan media," kata Ketua
Umum PPWI dan Ketua Sekber Pers Indonesia, Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA,
kepada Wartawan beberapa hari yang lalu, Sabtu (8/12/2018).
Wilson juga mengingatkan Kapolda
Sumut untul tidak berlaku zalim terhadap warga masyarakat di negeri ini. Sebab,
menurutnya, warga adalah pembayar gaji.
“rakyat yang menyediakan rumah dinas, kendaraan dan segala
fasilitas Kapolda, rakyat yang membelikan segala kebutuhan hidup Kapolda dan
keluarganya, termasuk isi perut dan celana kolor yang dipakai sehari-hari.” ujarnya.
Dijelaskan Wilson bahwa sebelum
Kapolda melakukan penangkapan terhadap warga yang melontarkan kritik, Kapolda
semestinya menilik dahulu ke dapam seragam Polisi bahwa semua adalah bersumber
dari pajak rakyat.
“kepada Anda maupun institusi yang Anda pimpin, tiliklah terlebih
dahulu ke dalam seragam Polisi yang dipakai itu, semua benang yang melekat di
tubuh Kapolda, seluruhnya adalah hasil keringat rakyat, yang rela diserahkan
kepada negara untuk digunakan membelikan pakaian bagus Anda tersebut,"
ujar Alumni Pascasarjana bidang Global Ethics dari Birmingham University,
England.
Wilson menyarankan ke Kapolda
Sumut, untuk menanggalkan pangkat bintangnya, sebab ditegaskan oleh Wilson,
atas dugaan kriminalisasi terhadap wartawan, Kapolda Sumut tidak menunjukkan
diri sebagai manusia pemimpin yang mengayomi rakyat.
“ayolah tanggalkan bintang di pundak Anda, tidak pantas
bintang-bintang itu berada di pundak Anda. Hanya jadi hiasan belaka, kosong
tanpa makna ketika Kapolda tidak menunjukkan diri sebagai manusia pemimpin yang
mengayomi rakyat, berjiwa kerdil, dan bersikap seakan-akan Anda hebat bisa
semena-mena menangkap orang yang Anda tidak suka karena kritikannya.” tegasnya.
Lebih lanjut Wilson, mengajak Kapolda untuk pulang kampung dan
kembali menjadi petani.
“Ayolah, pulang kampung saja, jadi petani sambil kita menonton dan
kritisi oknum pejabat Polisi yang tidak becus bekerja. Itu lebih baik dan
terhormat," sebut Alumni Pascasarjana bidang Applied Ethics dari Utrecht
University, the Netherlands dan Linkoping University, Sweden.
Tidak hanya itu, Wilson yang
juga selaku Trainer bidang jurnalistik bagi ribuan anggota dan pejabat TNI,
Polri, PNS, guru/dosen, mahasiswa, LSM, ormas, wartawan, dan masyarakat umum
juga mendesak Kapolri Tito Karnavian agar lebih cerdas memilih anak buah untuk
ditempatkan sebagai Kapolda.
"Sayang sekali, eman-emanlah gelar Pak Kapolri professor
doktor, tapi dalam memilih Kapolda saja masih memprihatinkan, hanya mampu
dapatkan oknum pejabat Kapolda selevel anak SD yang baper (bawa perasaan) dan
sensitif terhadap kritikan rakyat. Saran saya, ganti segera pejabat model itu,
percuma habiskan uang rakyat saja, kinerja buruk," tutupnya. (001/Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar