Diduga Gunakan Bahan Kimia Berbahaya Dalam Pengolahan Susu Segar KSU Nusantara - SUARAKPK

BERITA HARI INI

Home Top Ad


Iklan BUMN



Penghargaan dari Kedubes Maroko


 

13 Juni 2018

Diduga Gunakan Bahan Kimia Berbahaya Dalam Pengolahan Susu Segar KSU Nusantara


KAB.SEMARANG, suarakpk.com - Dewasa ini di negara-negara yang sudah maju maupun di negara-negara yang sedang berkembang (termasuk di Indonesia), sapi perah merupakan sumber utama penghasil susu yang mempunyai nilai gizi tinggi. Walaupun ada pula susu yang dihasilkan oleh ternak lain misalnya kerbau, kambing, kuda dan domba, akan tetapi penggunaannya dimasyarakat tidaklah sepopuler susu sapi perah (Anonimous, 2007).
Susu segar merupakan cairan yang berasal dari sapi sehat dan bersih yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun (SNI 01-3141-1998). Susu adalah hasil pemerahan dari ternak sapi perah atau dari ternak menyusui lainnya yang diperah secara kontinyu dan komponen-komponennya tidak dikurangi dan tidak ditambahkan bahan-bahan lain.
Pada saat susu keluar setelah diperah, susu merupakan suatu bahan yang murni, higienis, bernilai gizi tinggi, mengandung sedikit kuman (yang berasal dari kambing) atau boleh dikatakan susu masih steril. Demikian pula bau dan rasa tidak berubah dan tidak berbahaya untuk diminum. Setelah beberapa saat berada dalam suhu kamar, susu sangat peka terhadap pencemaran sehingga dapat menurunkan kualitas susu. Sebahagian bahan makanan susu mempunyai kelemahan yang perlu diperhatikan di dalam penanganannya. Susu yang baik apabila memenuhi persyaratan, antara lain: kandungan jumlah bakteri yang cukup rendah, bebas dari spora dan mikroorganisme penyebab penyakit, memiliki flavour yang baik, bersih, bebas dari debu atau kotoran.
Standar Nasional Indonesia tahun 2000 mensyaratkan bakteri E. coli tidak terdapat dalam susu dan produk olahannya. Bakteri E. coli dalam air susu maupun produk olahannya dapat menyebabkan diare pada manusia bila dikonsumsi. Beberapa bakteri patogen yang umum mencemari susu adalah Brucella sp., Bacillus cereus, Listeria monocytogenes, Campylobacter sp., Staphylococcus aureus, dan Salmonella sp.
Infeksi/peradangan pada ambing dikenal dengan nama mastitis. Mastitis adalah suatu peradangan pada tenunan ambing yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme, zat kimia, luka termis ataupun luka karena mekanis.
Melihat penjelasan diatas, tim suarakpk.com mencoba menginvestigasi atas kasak kusuk warga masyarakat di Getasan terkait cara dan bahan yang digunakan oleh Koperasi Serba Usaha (KSU) Nusantara, informasi yang dihimpun di lapangan, dikabarkan dari sumber yang enggan disebutkan namanya, bahwa pola pengolahan susu di KSU Nusantara menggunakan zat kimia yang berbahaya.
Menurut sumber informasi yang mengku memahami proses pengolahan susu di KSU Nusantara, mengungkapkan KSU Nusantara  mengambil susu dari petani menggunakan milken (warna stanlis) jemblung (ember plastik warna biru). "Milken atau jemblung sebelum ke petani sudah dikasih ferisida (cairan kimia untuk pembersih keramik) kemudian baru susu dimasukkan ke jemblung atau milken." jelas sumber kepada suarakpk.com, belum berapa lama ini di Getasan, Kab.Semarang.
Dikatakannya, bahwa setelah susu sampai di KSU Nusantara, baru masuk cerobong susu, dicerobong tersebut ditambahi kembali ferosida untuk mengawetkan dan menekan pertumbuhan bakteri susu.
"setelah ditambahkan bahan ferosida, susu dari milken atau jemblung tadi, baru masuk ke pendingin semalam, kemudian susu itu di uji ulang oleh petugas KSU Nusantara dulu, sebelum dikirim ke dua perusahaan susu ternama yang berada di Boyolali dan Ungaran." ungkapnya.

Dijelaskan oleh sumber jika di dua perusahaan tersebut tidak masuk atau ditolak, susu dibawa kembali untuk diolah ulang dengan menggunakan bahan tretmen.
"bahan tretmen diantaranya ferosida dan glugus (bahan kimia yang berbahaya untuk badan manusia dalam jangka lama) setelah dirasa oleh KSU bahan yang semula ditolak tersebut masuk dan lolos uji, maka susu baru dikirim ke dua perusahaan kembali dan disana diuji ulang bahannya sampai diterima susu dari KSU Nusantara oleh dua perusahaan tersebut." jelasnya.
Lebih lanjut, dirinya menuturkan bahwa susu yang sudah dicampur bahan kimia ferosida atau glugus selama 6 jam tidak boleh diminum.
"jika diminum sebelum 6 jam, maka terasa gatel di tenggorokan, namun jika setelah 6 jam tidak akan menimbulkan dampak secara langsung, namun memiliki dampak kesehatan jangka panjang bagi kesehatan manusia." tuturnya.
Keterangan Foto : Bahan campuran susu KSU Nusantara yang terletak di kandang belakang KSU saat suarakpk.com investigasi di KSU.

Terpisah, suarakpk.com saat mengkonfirmasi ke KSU Nusantara yang terletak di Jalan Raya Salatiga Kopeng No.8 Pijil, Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang kemarin Senin (4/6), suarakpk.com ditemui oleh Manajer KSU Nusantara, Ardiawan Ashari Yusanto dan didampingi oleh Kepala Bagian Lapangan, Suyitno.
Jelaskan Kepala Bagian Lapangan, Suyitno bahwa dirinya membenarkan jika beberapa waktu lalu KSU Nusantara mengolah susu dari petani menggunakan glugus, pestisida dan Ferosida.
"iya betul, dulu memang kami gunakan bahan itu sebagai upaya kami menjaga kemurnian susu dan menekan pertumbuhan bakteri susu." kata Suyitno.
Namun belakangan ini, penggunaan bahan tersebut sudah tidak digunakan kembali.
"tapi sejak beberapa bulan ini, kami sudah tidak menggunakan bahan bahan kimia tersebut." kilahnya dengan menampakkan wajah yang kebingungan.
Senada dengan Suyitno, Manajer KSU Nusantara, Ardiawan Ashari Yusanto menjelaskan, bahwa penggunaan bahan kimia tersebut benar benar sudah tidak digunakan kembali.
"kami sudah tidak menggunakan kembali bahan tersebut." katanya.
Ditambahkan Ardiawan jika sebelum diterimanya bahan susu dari KSU Nusantara oleh kedua perusahaan, akan diuji kembali oleh dua perusahaan tersebut.
"jika susu kami tidak layak, pasti susu kami sudah ditolak oleh dua perusahaan (produsen susu segar-red), sebeb sebelum diterima, susu kami akan di uji terlebih dahulu oleh dua perusahaan tersebut."ujar Ardiawan.
Dikatakannya, bahwa cara mengelola susu demikian bukan hanya dilakukan oleh KSU Nusantara, namun juga dilakukan oleh KSU lainnya yang berada di Getasan.
"di getasan ini ada lima KSU pengolah susu petani, mereka juga menggunakan bahan dan proses yang sama dengan kami, juga KSU kami ini masih baru dan kecil, di bawah dan atas masih ada KSU yang lebih lama dan besar dari kami. Coba anda juga menanyakan kepada mereka." terang Ardiawan saat di temui di kantornya, senin (4/6) yang lalu.
Di sisi lain dijelaskan oleh pakar susu bahwa secara fisiologis, susu merupakan sekresi kelenjar kambing atau sapi sebagai makanan dan proteksi imunologis (immunological protection) bagi bayi mamalia. Dalam SK Dirjen Peternakan No. 17 tahun 1983 dijelaskan, susu adalah susu sapi yang meliputi susu segar, susu murni, susu pasteurisasi, dan susu sterilisasi (Shiddieqy, 2008). Susu bernilai gizi tinggi dan dapat digunakan sebagai makanan manusia segala umur, sehingga susu merupakan makanan yang dapat dikatakan sempurna.
Komposisi rata-rata susu sapi terdiri dari: Air 83,3 %, protein 3,2 %, lemak 4,3 %, karbohidrat 3,5 %, kalium 4,3 mg/100 gr, kalsium 143,3 mg/ 100 gr, fosfor 60 mg/100 gr, besi 1,7 mg/100 gr, vitamin A, SI 130, Vitamin B1 0,3 mg/100 gr dan vitamin C 1 mg/100 gr." jelasnya.
Diungkapkannya jika Lemak tersusun dari trigliresida yang merupakan gabungan gliserol dan asam-asam lemak. Dalam lemak susu terdapat 60-75% lemak yang bersifat jenuh, 25-30% lemak yang bersifat tak jenuh dan sekitar 4% merupakan asam lemak polyunsaturated. Komponen mikro lemak susu antara lain adalah fosfolipid, sterol, tokoferol (vitamin E), karoten, serta vitamin A dan D. Laktosa adalah bentuk karbohidrat yang terdapat di dalam air susu. Kadar laktosa di dalam air susu adalah 4.60% dan ditemukan dalam keadaan larut. Laktosa terbentuk dari dua komponen gula yaitu glukosa dan galaktosa. Sifat air susu yang sedikit manis ditentukan oleh laktosa. Kadar laktosa dalam air susu dapat dirusak oleh beberapa jenis kuman pembentuk asam susu. Pemberian laktosa atau susu dapat menyebabkan mencret atau gangguan-gangguan perut bagi orang yang tidak tahan terhadap laktosa. Hal ini disebabkan kurangnya enzim lactase dalam mukosa usus (Suhendar dkk., 2008).
Kualitas susu yang sampai ditangan konsumen terutama ditentukan antara lain oleh jenis ternak dan keturunannya (hereditas), Tingkat laktasi, umur ternak, peradangan pada ambing, nutrisi/pakan ternak, lingkungan dan prosedur pemerahan susu, juga proses pengolahannya.
"Kerusakan air susu terjadi apabila telah menunjukkan penyimpangan yang melebihi batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain yang biasanya digunakan.
"Dan faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran bakteri dalam susu meliputi faktor peyakit dan faktor perlakuan seperti: alat yang digunakan tindakan sanitasi dan pemberian pakan sapi, Produk susu dinyatakan rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi apabila dalam susu tersebut terjadi perubahan rasa dan aroma, yaitu menjadi asam, busuk, tidak segar dan susu menggumpal atau memisah. Untuk produk susu cair, perubahan warna biasanya menunjukkan indikasi awal kerusakan produk, yaitu adanya pertumbuhan bakteri dan peningkatan asam. Produk seperti ini sebaiknya tidak dikonsumsi." jelasnya.
Lebih lanjut, dirinya menjelaskan untuk mengetahui kesegaran susu dapat dilihat pada Uji Warna, sampel susu segar (sampel kandang dan individu) warnanya putih kekuning-kuningan, sedangkan susu kemasan berwarna putih cream. Warna putih pada susu, serta penampakannya adalah akibat dari penyebaran butiran-butiran koloid lemak, kalsium kaseinat dan kalsium fosfat, dan bahan utama yang memberikan warna kekuning-kuningan pada susu adalah karoten dan riboflavin. "Warna lemak pada susu dipengaruhi oleh zat-zat terlarut dalam lemak, disamping zat-zat yang terlarut dalam air yang terdapat dalam susu. Warna air susu disebabkan oleh karena warna kasein. Dalam susu, kasein merupakan dispersi koloid yang tidak tembus cahaya sehingga membentuk warna putih. Warna susu yang agak kekuningan disebabkan oleh zat-zat terlarut dalam lemak disamping zat-zat yang terlarut dalam air yang terdapat dalam susu. Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan partikel kolodial dari casein dan calsium phosphat. Warna kuning adalah karena lemak dan caroten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari susu maka susu akan menunjukkan warna kebiruan."urainya.
Ditambahkannya bahwa Kasein yang terdapat pada susu murni sesungguhnya tidak mempunyai rasa tertentu/khas. Rasa air susu dapat bervariasi, mungkin hambar, sedikit manis, asam, asin ataupun pahit. Rasa yang sedikit manis disebabkan oleh adanya laktosa dalam air susu.
"Namun jika terlalu manis kemungkinan telah terjadi penambahan dengan glukosa dengan glukosa lain. Rasa asam ataupun pahit pada air susu dapat dicurigai telah terkontaminasi oleh bakteri atau kuman-kuman lainnya, sedangkan rasa asin yang muncul dikarenakan pengaruh beberapa garam mineral seperti garam klorida dan sitrat." terangnya.
Sedangkan uji mastitis yang dilakukan terhadap sampel susu kandang mendapatkan hasil positif terlihat dengan terbentuknya lendir pada dasar Pudlle dan pada sampel susu individu hasilnya negatif, sedangkan susu kemasan diperoleh hasil yang negatif, artinya bahwa sapi tidak menderita mastitis. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya lendir pada dasar Pudlle yang merupakan koagulasi mikroba dalam susu dengan larutan IPB-1. Penilaian reaksi dibagi dalam 4 katagori yakni : negatif ringan dimana tidak terjadi perubahan konsistensi atau suspensi bersifat homogen positif . Apabila suspensi sedikit kental atau tidak homogen dinilai positif 1, selanjutnya suspensi mengumpal dinilai sebagai positif 2 dan apabila terjadi pengumpalan yang membentuk lendir dinyatakan sebagai positif 3.
"Uji mastitis dengan larutan IPB-1 tidak dapat digunakan untuk pemeriksaan Laboratorium, karena uji ini hanya digunakan untuk menentukan ambing mana yang menderita mastitis pada seekor ternak perah, sedangkan susu yang dijadikan sampel pemeriksaan berasal dari beberapa ekor sapi perah yang sudah disatukan oleh perusahaan pemerahan." jelasnya kembali.
Cara lainnya yang dapat dilakukan untuk menguji mastitis pada susu misalnya Uji Katalase, California Mastitis Test (CMT), Wisconsin Mastitis Test (WMT), Camp Test dan sebagainya. Uji Whiteside, California dan Wisconsin didasarkan atas pembentukkan massa yang kental (viscous) jika susu dicampurkan dengan NaOH normal. Pada uji Whiteside Test terdapat benang-benang halus pada objek glass maka hal ini dinyatakan positif.
"Pemerahan susu segar dilakukan dengan baik, ini terlihat dengan tidak adanya kotoran pada susu segar tersebut dan dapat mengurangi kontaminasi bakteri ataupun mikroorganisme lainnya. Berdasarkan uji-uji yang dilakukan, maka susu segar yang telah diperiksa masih aman untuk dikonsumsi." pungkasnya. (tim/red)

1 komentar:

  1. Bersama ini saya ingin meluruskan beberapa hal terkait berita ini. Sebagai sumber berita, sesuai pasal 5 UU 40 tahun 1999 tentang Pers, redaksi diwajibkan mengelola hak jawab dari sumber berita. Berikut hal tersebut:
    Mengutip kalimat "Di Getasan ini ada lima KSU pengolah susu petani, mereka juga menggunakan bahan dan proses yang sama dengan kami, juga KSU kami ini masih baru dan kecil, di bawah dan atas masih ada KSU yang lebih lama dan besar dari kami. Coba anda juga menanyakan kepada mereka” terang ardiawan.
    Saya tidak pernah memberikan jawaban seperti ini. Selanjutnya dalam kesempatan ini kami merasa perlu meluruskan pernyataan "kita ini koperasi kecil masih ada 5 koperasi besar di getasan, klo kami diduga pakai kimia tsb utk mengawetkan susu silahkan semua koperasi di investigasi biar adil, jangan hanya kami". Maksud kalimat ini adalah bahwa umumnya perlakuan susu semua koperasi sama yaitu didinginkan di cooling. Jelas tidak fair jika hanya KN yg diberitakan. Dugaan koperasi susu di Jawa Tengah menggunakan bahan kimia untuk mengawetkan susu sudah pernah kami dengar. Koperasi Nusantara pernah dikunjungi oleh Dinas terkait dan kepolisian. Tim ini mengunjungi semua koperasi susu tanpa terkecuali. Sejauh ini prosesing susu di KN dinyatakan oleh tim tidak ada masalah.
    “Setelah ditambahkan bahan ferosida, susu dari milken atau jemblung tadi, baru masuk ke pendingin semalam, kemudian susu itu di uji ulang oleh petugas KSU nusantara dulu, sebelum dikirim ke dua perusahaan susu ternama yg berada di Boyolali dan ungaran”. Kami tidak merasa melakukan hal tsb. Yang benar adalah proses penerimaan susu kami, yaitu susu dari lapangan langsung dimasukan cooling, esok harinya baru dikirim ke pabrik, proses pengawetan hanya didinginkan sampai suhu 2 derajat celcius, tidak menggunakan bahan kimia, apalagi sampai dimasukan kimia di milkcan. Kami berharap redaksi lebih cermat memberitakan hal hal peka seperti ini. Sesuai UU Pers, seyogyanya kami dikonfirmasi jika ada dugaan atau laporan dari siapa pun yang menduga adanya penggunaan bahan kimia. Berita seperti ini jelas tendensius dan mengurangi kredibilitas KN yang hingga saat ini sangat baik menurut peternak binaan dan penerima pasokan susu KN

    BalasHapus

HUT SUARAKPK Ke 9 (2018)